Mengais Rezeki dari Sampah di Tol Fungsional Trans-Jawa

Rep: Farah Noersativa/ Red: Ratna Puspita

Kamis 14 Jun 2018 18:46 WIB

Warsinah, warga Pemalang, memunguti sampah botol di ruas tol Pemalang Batang. Foto: Republika/Farah Nabila Noersativa Warsinah, warga Pemalang, memunguti sampah botol di ruas tol Pemalang Batang.

REPUBLIKA.CO.ID, Seorang perempuan tua tampak memilah sampah bekas makanan di Tol Pematang-Batang, tepatnya di km 319-320. Dengan mengenakan caping untuk menghindari teriknya matahari dan daster bernuansa biru-putih, perempuan ini memunguti botol-botol bekas minuman yang berserakan di bahu jalan tol. 

Kulit kusam dan keriputnya seolah menunjukkan kegigihan bahwa Warsinah tahan banting menyusuri bahu jalan tol itu. Buliran-buliran keringatnya seakan menunjukkan kerja kerasnya memunguti rezeki dadakan akibat adanya tol fungsional itu. 

"Saya dikabari teman-teman bahwa di pinggir jalan tol banyak bekas sampah yang bisa dipunguti," ujar Warsinah, nama perempuan ini, kepada Republika.co.id, Kamis (14/6). 

Dengan bahasa Jawa aksen Pemalang, perempuan berusia sekitar 70-an tahun itu mengatakan bahwa dalam kesehariannya, ia memang bekerja sebagai pemulung. Ia pun mengaku senang bisa mendapati banyak botol bekas di Tol Trans-Jawa ini.

 

Botol-botol yang berhasil dikumpulkan itu akan dijual. Meski sudah mengumpulkan sampah botol hingga dua karung, Warsinah mengaku masih bersemangat mengisi karung-karung lain yang ia bawa.

"Sudah dua karung, ya habis itu dijual. Lumayan banyak, tetapi, ya, saya baru mulai sore ini, sehabis Ashar. Kemarin-kemarin enggak," kata dia.

Memunguti sampah di pinggir jalan tol yang dilintasi kendaraan pemudik bukan tanpa tantangan. Selain panas terik, perempuan yang memiliki tiga anak dan tiga cucu itu juga sempat merasa takut mengambil sampah-sampah botol yang ada di pinggir jalan. 

Ketika dia sedang memunguti sampah, mobil-mobil pemudik melaju dengan kecepatan di atas 80 km/jam. Mobil-mobil itu melaju dengan hanya berjarak sekitar dua meter darinya.

Perempuan asal Pemalang, Jawa Tengah, ini pun menyadari bahwa ia sedang mempertaruhkan nyawanya di area tol fungsional tersebut. "Ya takut, tetapi ndak apa-apa. Asal ndak terlalu ke tengah saja. Sampahnya kan juga ada di pinggir-pinggir jalan," kata dia sembari memunguti sampah-sampah botol dan memasukkannya ke dalam karung besar.

Tahun ini merupakan tahun ketika pemerintah sangat memanjakan masyarakatnya untuk mudik, menikmati kampung halaman dalam momentum Lebaran. Namun, sampah memang menjadi pemandangan yang "lumrah" di Tol Trans-Jawa. 

Kendati sampah-sampah itu menjadi rezeki bagi Warsina, pengelola tol tetap mengungkapkan kekhawatirannya. Humas Pemalang-Batang Toll Road, Sartono, menyayangkan dua hal terkait hal tersebut. 

Pertama, adanya orang-orang yang memunguti sampah menunjukkan masyarakat sekitar masih dapat berjalan-jalan di area ruas tol wilayahnya. Padahal, dia mengatakan, hal tersebut sangat berbahaya.

“Kami sudah imbau kepada warga sekitar untuk tidak memasuki area ruas tol. Karena sangat berbahaya dan berpotensi kecelakaan lalu lintas," ungkap Sartono saat Republika.co.id hubungi, Kamis (14/6).

Lalu, dia menyayangkan kedisiplinan pengguna jalan untuk menjaga kebersihan dan kenyamanan pada saat berhenti di bahu jalan sepanjang Pemalang-Batang. Padahal, Pemalang-Batang Toll Road sangat tidak mengizinkan pengguna jalan untuk berhenti sejenak di bahu jalan untuk makan, dan meninggalkan sampah setelahnya. 

Ia menerangkan, pengelola tol sudah menyediakan area istirahat atau rest area untuk memudahkan pengguna yang ingin beristirahat dan mengisi kosongnya perut. Pihak Pemalang-Batang Toll Road juga telah memiliki tim-tim khusus yang berpatroli menanyakan pengguna jalan yang berhenti di bahu jalan. 

Kendati demikian, dia menekankan kepada pengguna jalan untuk mematuhi aturan tersebut. “Kami sama sekali tidak mengizinkan pengguna jalan berhenti di bahu jalan untuk makan karena sangat riskan,” kata dia.