Kirain Puncak Arus Mudik Sudah Lewat, Ternyata...

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolanda

Kamis 14 Jun 2018 11:52 WIB

Pengendara memperlambat laju kendaraannya saat melintasi ruas jalan Tol Cipali-Palimanan (Cipali), di Purwakarta, Jawa Barat, Rabu (13/6). Foto: Antara/Risky Andrianto Pengendara memperlambat laju kendaraannya saat melintasi ruas jalan Tol Cipali-Palimanan (Cipali), di Purwakarta, Jawa Barat, Rabu (13/6).

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Pengalaman pertama Anggia Citraningtyas mudik naik mobil ke Semarang tak akan pernah terlupakan. Menghabiskan waktu selama berjam-jam di kendaraan hingga ditolak masuk ke rest area dirasakannya dalam arus mudik Lebaran tahun ini.

Perjalanan pulang kampung Anggia diawali dengan berangkat dari rumahnya di daerah Karawaci, Tangerang, pada Selasa (12/6) malam sekitar pukul 21.00 WIB. Berbekal informasi dari media daring yang menyebutkan puncak arus mudik telah berlalu, ia percaya diri mudik dengan kendaraan pribadi.

Namun, jauh panggang dari api. Ia justru terjebak macet sejak dari tol dalam kota.

Anggia mengisahkan, kendaraannya sudah mulai menurunkan kecepatan sejak di daerah Kebon Jeruk, Universitas Kristen Indonesia (UKI), hingga Bekasi. "Merambat terus itu mobil. Sampai jam 02.00 WIB, kami masih di Bekasi," tuturnya kepada Republika.co.id, Rabu (13/6) sore.

photo
Sejumlah kendaraan pemudik melintas di pintu masuk tol Cipali, Palimanan, Cirebon, Jawa Barat, Rabu (13/6).

Sampai Rabu subuh, Anggia yang berangkat bersama delapan anggota keluarganya masih berada di Cikarang. Ia sempat terhenti di rest area wilayah Karawang selama dua hingga tiga jam untuk beristirahat, lalu melanjutkan perjalanan lagi ke Jawa Tengah.

Selama perjalanannya melintasi tol Cipali bagian Jawa Barat, Anggia mengaku sudah ditolak dua kali saat mau beristirahat di rest area. Tempat beristirahat ini ditutup oleh polisi karena sudah terlalu penuh oleh para pemudik yang juga hendak rehat sejenak. Anggia pun memilih untuk melepas lelah di bahu jalan sebentar.

Memasuki wilayah Jawa Tengah, Anggia bersyukur tidak menemukan hambatan berarti. Sekitar pukul 22.50 WIB, ia sudah tiba di Kendal. "Dari Pemalang sampai Semarang sudah lancar," ujarnya.

Dibanding dengan naik pesawat yang hanya memakan waktu delapan jam, perjalanan pertama Anggia naik mobil membutuhkan tenaga dan biaya lebih banyak. Meski tidak trauma, ia merasa harus berpikir berkali-kali apabila ingin pulang kampung naik mobil lagi pada tahun-tahun mendatang.

Prediksi Anggia bahwa mudik naik mobil akan lebih hemat salah besar pada arus mudik tahun ini. Sebab, di jalan, ia bisa tiga kali keluar tol untuk mencari makanan. "Tiga kali makan bersama delapan orang. Kalau buat beli tiket pesawat ya hampir sama jadinya," ucap perempuan kelahiran Oktober 1984 ini.

Setelah melalui kepadatan di banyak titik, Anggia dan rombongan akhirnya tiba di Semarang pada Kamis (14/6) dini hari, sekitar pukul 02.00 WIB. Rasa lelah dan pegal karena duduk di kendaraan selama dua hari semalam mengiringi kedatangannya di kampung halaman.

Menurut pantauan Republika.co.id, Rabu (13/6), kepadatan ruas Tol Cipali cenderung padat dan memiliki titik kemacetan lebih banyak dibanding beberapa hari lalu. Salah satu penyebab utamanya adalah antrean masuk ke rest area. Misalnya, di rest area km 166a, antriannya menyebabkan kemacetan hingga 17 kilometer.

Dari total panjang Tol Cipali yang mencapai 116 kilometer, titik kemacetan tertinggi berada di dekat empat rest area jalur A atau mengarah ke Cirebon. Empat titik tersebut adalah km 86 dan 102 yang berada di Subang, km 130 di Indramayu dan km 166 di Majalengka.

Kendaraan yang ingin masuk ke area peristirahatan menyebabkan antrean di belakangnya hingga dua kilometer. Kendaraan yang terparkir di depan area peristirahatan hingga memakan bahu jalan tol kian menyebabkan arus lalu lintas mengarah ke Cirebon makin padat.

photo
Antrean kendaraan di pintu keluar Rest Area km 164b Tol Cipali yang sedang menunggu selesainya sistem one way arus lalu lintas dari Jakarta menuju Jawa Tengah, Rabu (13/6).

Berbagai rekayasa lalu lintas dilakukan oleh pengelola maupun kepolisian. Area peristirahatan km 102, misalnya, sempat ditutup sementara sehingga pemudik yang ingin beristirahat atau mengisi bahan bakar dapat menuju ke area peristirahatan berikutnya. Namun, penutupan ini bersifat situasional, bergantung pada kondisi kepadatan lalu lintas di sekitarnya.

Rekayasa lain yang dilakukan adalah menerapkan sistem one way atau satu jalur. Jadi, kendaraan yang menuju ke arah Cirebon dapat menggunakan dua jalur. Pada pukul 13.00 WIB, sistem ini diberlakukan pada km 162 di daerah Kertajati sampai km 169, Sumber Jaya. Pengendara dari Palimanan menuju Cikopo harus bersabar selama sekitar satu jam sampai ruas tol kembali dibuka.

Pada pukul 17.15 WIB, sistem one way diberlakukan di semua ruas Tol Cipali hingga Gerbang Tol (GT) Palimanan. Meski berkurang, kepadatan tetap dirasakan di sejumlah titik, disebabkan pengendara yang berhenti di bahu jalan untuk beristirahat maupun berbuka puasa.

Menurut data dari PT Lintas Marga Sedaya (LMS) sebagai pengelola ruas Tol Cipali, jumlah kendaraan yang keluar GT Palimanan (menuju Cirebon) pada Rabu sebenarnya mengalami penurunan dibanding dengan hari sebelumnnya. Pada Rabu pukul 06.00 sampai 14.00 WIB, tercatat 23.045 unit kendaraan melintas keluar gerbang, sedangkan pada Selasa, sebanyak 24.652 unit kendaraan melintasi jalur yang sama.

"Rata-rata lalin exit 2.408 kendaraan per jam," ujar General Manager PT LMS, Suyitno, Rabu (13/6) sore.

Suyitno menambahkan, pengelola telah menyediakan enam unit videotron untuk memberikan info lalu lintas kepada pengendara agar mereka bisa mengatisipasi maupun mencari jalur alternatif di luar tol.

Rest area juga sudah mulai padat dan diperkirakan menjadi sumber kepadatan ruas Tol Cipali. Oleh karena itu, Suyitno merekomendasikan kepada pengendara yang ingin beristirahat bisa di luar tol. "Mohon juga untuk tidak parkir di bahu jalan karena bisa menyebabkan kemacetan dan antrean yang panjang," tutur Vice President Director PT Lintas Marga Sedaya, Firdaus Azis.

 

 

Terpopuler