Cerita 'Pasukan Coklat' yang Rela Gantikan Peran Pak Polisi

Red: Ichsan Emrald Alamsyah

Kamis 14 Jun 2018 11:50 WIB

Anggota Pramuka mengatur lalu lintas di jalur mudik Ciawi-Sukabumi , Bogor, Jawa Barat, Selasa (12/6). Foto: Antara/Yulius Satria Wijaya Anggota Pramuka mengatur lalu lintas di jalur mudik Ciawi-Sukabumi , Bogor, Jawa Barat, Selasa (12/6).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Gumanti Awaliyah/Wartawan Republika

 

Setiap kali mudik Lebaran tiba, tidak hanya polisi yang bertugas mengatur lalu lintas agar mudik ke kampung halaman berlangsung aman dan lancar. Ada juga sekelompok relawan yang senantiasa membantu kelancaran arus mudik dan balik lebaran, yakni adik-adik Pramuka.

Mengenakan baju warna cokelat, hasduk, peluit, serta bendera semaphore, adik-adik Pramuka hampir bisa dipastikan dapat ditemukan di setiap jalan raya di seluruh daerah. Mereka membantu polisi dan masyarakat mengamankan mudik Lebaran, tidak hanya di jalan tetapi juga di terminal, stasiun, bandara, maupun pelabuhan.

Wakil Ketua Kwartir Nasional (Kwarnas) Gerakan Pramuka Bidang Pengabdian Masyarakat dan Siaga Bencana (Abdimasgana) Muhammad Herindra mengatakan, jiwa kerelawanan Pramuka dalam membantu masyarakat tak perlu diragukan lagi, khususnya terkait mudik lebaran. Demi memastikan mudik berjalan lancar dan aman, adik-adik Pramuka rela Lebaran di jalan.

"Adik-adik Pramuka ini baik diminta ataupun tidak diminta, dalam kesadaran mereka itu sudah terekam jiwa kerelawanannya. Karenanya dalam urusan mudik membantu masyarakat tidak mungkin tidak ada Pramuka. Bahkan demi memastikan mudik lancar, adik-adik ini (Pramuka) rela Lebaran di jalan. Saya salut," ujar Herindra di Jakarta, Kamis (14/6).

Dalam menjalankan tugasnya, Herindra meminta Pramua agar lebih hati-hati. Sebab, mengamankan mudik di saat volume kendaraan sangat padat, bukanlah tugas yang ringan. Butuh kesabaran, ketelitian, dan kepekaan. Jangan sampai terjadi sesuatu yang merugikan adik-adik Pramuka, misalnya kecelakaan.

"Jadi keamanan dan keselamatan tetap menjadi faktor utama yang harus diperhatikan oleh adik-adik Pramuka. Keselamatan bukan hanya untuk masyarakat, tapi untuk dirinya pribadi. Kita harap kecelakaan yang menimpa relawan Pramuka di Cirebon Lebaran tahun lalu tidak terjadi lagi," jelas dia.

Di lain tempat, Dimas Prasetyo, Pramuka dari Kwartir Ranting Kroya, Kabupaten Cilacap membenarkan pernyataan Herindra. Ia mengatakan, selama batas waktu yang sudah ditentukan, Pramuka memang tidak boleh meninggalkan tugasnya dalam Program Karya Bakti Lebaran. Pramuka, kata dia, tetap bekerja meski Lebaran tiba.

"Itu sudah menjadi tanggung jawab kami, karena kan nggak mungkin Lebaran jalan kosong tidak ada orang mudik. Jadi mau nggak mau kita tetap bersama pak polisi turun ke jalan," ujar Dimas yang bertugas menjaga sepanjang jalan Pasar Kroya menuju Cilacap-Purwokerto.

Ia mengungkapkan, Kroya sendiri termasuk wilayah yang cukup padat dilalui kendaraan pada saat mudik. Sistem buka tutup, dan pengalihan jalan bagi pemudik yang hendak melewati Pasar Kroya kerap diperlukan untuk menghindari penumpukan kendaraan. Sebab, Pasar Kroya menjadi tujuan warga sekitar untuk berbelanja. Terlebih ada Stasiun Kroya yang dekat dengan pasar.

"Kroya menjadi wilayah yang paling ramai dan langganan macet setiap mudik Lebaran. Karena di sini ada pasar besar dan stasiun. Mendekati Lebaran masyarakat pasti banyak yang belanja kebutuhan di pasar. Apalagi ditambah masyarakat yang merantau pulang kampung dari Jakarta. Jadi kita pakai sistem buka tutup, atau pengalihan jalan," jelas dia.

Sebelumnya, Kwartir Nasional Gerakan Pramuka meraih penghargaan dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub) RI atas peran Kwarnas dalam membantu kelancaran arus mudik dan arus balik Lebaran 2017.

Terpopuler