Tradisi Ramadhan di Kuwait yang Mirip dengan Halloween

Rep: mgrol105/ Red: Andi Nur Aminah

Ahad 17 Jun 2018 03:47 WIB

Anak-anak Kuwait dalam balutan kostum tradisonal Kuwait. Foto: Kuwait times Anak-anak Kuwait dalam balutan kostum tradisonal Kuwait.

REPUBLIKA.CO.ID,  KUWAIT -- Salah satu tradisi Ramadhan yang unik di Kuwait adalah Gergean. Tradisi ini mirip dengan tradisi dari barat yang dikenal dengan Halloween, namun tidak terdapat bagian menakutkan seperti Halloween dalam tradisi Gergean.

Dilansir dari Arabnews, anak-anak biasanya mengenakan pakaian tradisional dan berkeliling lingkungan dalam kelompok-kelompok sambil memegang tas kecil dan menyanyikan lagu-lagu khusus. Gergean diadakan pada tanggal 13, 14 atau 15 Ramadhan.

“Gergean seperti Halloween dengan versi kita sendiri, tetapi tanpa bagian yang menakutkan. Anak-anak pergi dari satu rumah ke rumah lain dan mengetuk pintu tetangga untuk meminta permen dan kacang, ” kata Mariam Jaffar, seorang warga Kuwait.

“Anak-anak menyukainya, mereka berkeliling di daerah sekitar, bermain game satu sama lain ketika mereka selesai mengunjungi rumah-rumah tersebut. Mereka juga bisa memamerkan permennya kepada teman-temannya. Ini seperti liburan yang dibuat khusus untuk anak-anak untuk membantu mereka melalui ibadah puasa dan mendorong mereka untuk berpuasa setiap tahunnya,” kata Mariam.

Menurut salah seorang warga Arab Saudi, Ruqayya Abdul-Majeed, Gergean telah menjadi tradisi yang dilakukan tidak hanya di Kuwait, namun juga di Arab Saudi. “Kakek buyut saya pergi ke Kuwait bertahun-tahun yang lalu untuk berbisnis dan dia menikahi seorang wanita Kuwait di sana, kemudian dia kembali ke Dhahran, Arab Saudi. Ketika dia pindah ke Saudi, dia memulai tradisi Gergean dan menyebarnya di antara keluarga, tetangga dan teman-temannya, ” kata Ruqayya.

Sekarang Ruqayya merayakan tradisi ini setiap Ramadhan, cucu-cucunya pun mengajarkan kepada anak-anak mereka. Ia berharap mereka dapat mempertahankan tradisi ini seumur hidup dan menjaganya agar tetap hidup.

Gergean secara harfiah berarti, "ketukan". Anak-anak biasanya menghabiskan berjam-jam pergi dari pintu ke pintu untuk mengumpulkan permen. Sekarang anak-anak bahkan tidak meninggalkan rumah untuk merayakan Gergean, mereka berkumpul dengan keluarga dan teman-teman di dalam ruangan.

“Kota-kota semakin besar dan banyak orang asing kini tinggal di antara kita. Kami menganggap bahwa tidak aman lagi bagi anak-anak kami untuk berkeliaran di jalan dan mengetuk pintu-pintu di lingkungan sekitar, ” kata Mohammed Ali, seorang orang tua yang merupakan warga Arab Saudi.

Ali memutuskan untuk mempertahankan tradisi, namun menambahkan sedikit sentuhan dengan mengundang seluruh teman dan keluarga untuk merayakan tradisi ini bersama anak-anak di rumah. Sehingga tradisi tetap terjaga, dan anak-anak tetap menikmati Gergean di lingkungan yang aman.

Menurut sesama orang Arab Saudi, Ahmed Zakarati, anak-anak menantikan malam Gergean karena mereka ingin makan permen dan menerima hadiah dari keluarga mereka. "Ketika saya masih kecil, saya berpuasa di 15 hari pertama untuk menunjukkan kepada orang tua saya betapa baiknya saya dalam berpuasa, sehingga ketika malam Gergean tiba saya mendapatkan hadiah yang bagus," katanya.

Menurut Ahmed, ia merasa bahagia mengingat bahwa ia dapat belajar cara berpuasa selama Ramadhan sejak usia dini. Selama bertahun-tahun festival ini dirayakan di Arab Saudi bagian timur, tetapi sekarang orang-orang Saudi dari barat juga telah menikmati Gergean.

“Ketika saya menikah, saya pindah dari Jeddah ke Dammam. Saya diperkenalkan tradisi Gergean di sana oleh tetangga saya, dan saya menyukainya. Saya kemudian memutuskan untuk mengajak keluarga dan teman-teman saya di Jeddah untuk terlibat dan memulai tradisi ini di sisi barat,” kata Sara Abdoun seorang warga Arab Saudi.

Teman-teman dan keluarga Sara di Jeddah telah merayakan Gergean selama tujuh tahun, dan tradisi itu kini telah menyebar. Melakukan tradisi lama pada saat Ramadhan merupakan hal yang membuat Ramadhan menjadi istimewa.