Arus Mudik, 53 Ribu Orang Tiba di Sumbar

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Friska Yolanda

Rabu 13 Jun 2018 13:16 WIB

Sejumlah pemudik membawa barangnya setelah turun dari pesawat Hercules TNU AU di lapangan Udara Sultan Syharir, Padang, Sumatera Barat, Kamis (22/6). Foto: Antara/Muhammad Arif Pribadi Sejumlah pemudik membawa barangnya setelah turun dari pesawat Hercules TNU AU di lapangan Udara Sultan Syharir, Padang, Sumatera Barat, Kamis (22/6).

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Hingga Rabu (13/6) atau H-2 Lebaran 1439 H ini, sudah ada 53.071 orang tiba di Sumatra Barat melalui Bandara Internasional Minangkabau (BIM). Angka tersebut merupakan akumulasi dari penumpang domestik dan internasional. Rinciannya, 50.206 penumpang dalam negeri dan 2.865 penumpang dari luar negeri.

Humas PT Angkasa Pura II Cabang BIM, Fendrick Sondra, menyebutkan arus kedatangan penumpang di BIM telah melewati puncaknya pada H-3 atau Selasa (12/6) kemarin. Pada puncak arus mudik kemarin, tercatat 9.466 penumpang tiba di BIM, sementara 5.187 penumpang terbang dari BIM. Puncak arus mudik di BIM sebetulnya terpecah ke dalam dua periode lantaran adanya cuti bersama yang lebih awal.

Angkasa Pura II mencatat, puncak arus mudik pertama terjadi pada H-6 atau Sabtu (9/6) dengan angka kedatangan 8.816 orang. Jumlah penumpang yang tiba di BIM diperkirakan akan kembali landai dan akan beralih menjadi arus balik yang puncaknya diperkirakan terjadi pada 21-23 Juni 2018. Fendrick memperkirakan, puncak arus balik menyesuiaikan habisnya masa cuti bersama.

"Tren kedatangan penumpang mengalami kenaikan 1,24 persen dibanding periode mudik 2017 lalu," jelas Fendrick, Rabu (13/6).

Jumlah pemudik ke Sumbar secara menyeluruh sendiri diperkirakan mencapai jutaan orang. Dinas Perhubungan Sumbar mencatat, jumlah pemudik yang masuk wilayah Sumbar selama periode mudik 2017 lalu mencapai 3,5 juta orang. Sementara tahun ini, diperkirakan akan merosot menjadi 2 juta orang.

Kepala Biro Kerja Sama dan Rantau Sekretariat Provinsi Sumbar Luhur Budianda menilai, tradisi mudik bagi masyarakat Minang memiliki makna yang mendalam. Tak hanya perkara silaturahim, mudik juga menjadi bahan bakar bagi mesin perekonomian masyarakat di daerah. Ia memisalkan, bila satu orang pemudik membawa Rp 1 juta untuk bertransaksi di Sumbar, maka jutaan pemudik tentu bisa mengalirkan uang triliunan rupiah selama libur Lebaran.

"Nilai ekonominya cukup signifikan biasanya. Kalau kita ambil terendah saja, setiap orang Rp 1 juta, nilainya besar. Itu pun ngga mungkin kan cuma sejuta," katanya. 

Terpopuler