REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Bagi para pemudik yang tiba di Solo pada dinihari, mencari panganan sahur mungkin jadi kesulitan tersendiri karena banyak kedai tidak buka lewat jam 24.00.
Namun sebenarnya, para "pemburu panganan sahur" tak perlu khawatir, ada beberapa penjaja gudeg dan krecek yang buka pada dinihari, yang salah satunya kedai legendaris Gudeg Ceker Bu Kasno di Jalan Mergoyudan.
Buka sejak 1970-an, Gudeg Ceker Bu Kasno atau Gudeg Cakar Mergoyudan sudah punya penggemar fanatik tersendiri. Walau warung buka pukul 01.30 WIB dini hari, antrean sudah terlihat mengular di depan Gereja Kristen Jawa Mergoyudan dan sekitar SMAN 1 Surakarta sejak pukul 01.00.
Antrean panjang memang tampaknya pasti terjadi, mengingat warung gudeg itu hanya punya sedikit pelayan, satu yang bertugas membuat minuman, satu sebagai juru hitung, serta satu yang bertugas mencatat pesanan, dan meneruskannya langsung ke Bu Kasno (74 tahun).
Saat menerima pesanan, Bu Kasno yang duduk menghadap ke belasan kuali, tampak terampil mengambil tiga lembar daun pisang, menuang dua centong kecil nasi, mengambil gudeg dan krecek, serta lauk tambahan pilihan para pemesan. Bagi para penggemarnya, sensasi makan di Gudeg Ceker Bu Kasno justru ada pada banyaknya varian lauk tambahan seperti ceker, ayam kampung suwir, uritan, ati ampela, brutu, telor, tahu, dan tempe.
Untuk para penggemar gudeg versi pedas, Bu Kasno juga menyediakan sambal (bawang) "korek" untuk penambah selera. Di samping nasi, pengunjung juga dapat memilih bubur sebagai pilihan lain. "Pas antre, wah panjang sekali, cuma saat mencoba masakannya, memang sepadan," kata M. Afif (25 tahun), seorang dokter muda asal Jakarta yang baru pertama kali mencoba Gudeg Ceker Bu Kasno.
Ia mengaku rasa gudeg Bu Kasno cukup berbeda dari jenis masakan yang di Yogyakarta. Gudeg memang jadi masakan yang cukup umum ditemui di Solo dan Yogyakarta. "Rasanya tidak semanis yang di Yogya, warnanya juga tidak hitam pekat," kata Afif sembari menyantap nasi gudeg keduanya dengan tahu dan telor bacem.
Selang beberapa jam setelah buka, antrean pelanggan tidak kunjung putus. Walaupun ada satu kedai yang dibuka sekitar 500 meter dari warung utama, para pengunjung tetap memilih membeli gudeg yang langsung diracik Bu Kasno.
"Sensasinya itu melihat ibu (Kasno) langsung, dari tahun ke tahun, tidak banyak yang berubah," kata Dian (24 tahun), pemudik asal Jakarta yang ditemui tengah mengantre, Senin (11/6).
Ia mengaku, menu favoritnya adalah nasi gudeg dan ceker. "Kalau ke sini harus pesen cekernya, itu wajib," katanya sembari menyantap nasi gudeg ditemani segelas teh hangat.
Untuk seporsi nasi gudeg, krecek, dan tiga ceker biasanya pembeli hanya merogoh kocek sebesar Rp 18 ribu. Meski demikian, harga panganan bergantung pada lauk tambahan yang dipilih. Hal yang menarik dari Gudeg Ceker Bu Kasno, keengganan yang empunya warung untuk membuka cabang di banyak tempat.
Bu Kasno tetap mempertahankan tenda kecilnya dengan tiga bangku panjang di meja penuh kuali, dan beberapa kursi panjang tambahan. Akan tetapi, pilihan itu yang barangkali membuat Gudeg Cakar Bu Kasno istimewa, sehingga tetap dicari pelanggannya walau harus mengantri panjang.