Hakim AS Perintahkan Penjara Sesuaikan Makanan Ramadhan

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Esthi Maharani

Selasa 12 Jun 2018 09:32 WIB

Para pejabat Council On American-Islamic Relations (CAIR) atau Dewan Hubungan warga Amerika-Islam memberikan keterangan pers di New York Foto: AP Para pejabat Council On American-Islamic Relations (CAIR) atau Dewan Hubungan warga Amerika-Islam memberikan keterangan pers di New York

REPUBLIKA.CO.ID, SEATTLE -- Seorang hakim federal telah memerintahkan Washington Department of Correction untuk menyesuaikan makanan tahanan Muslim selama bulan Ramadhan. Artinya pemberian makan dilakukan saat sahur dan berbuka.

Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) menggugat pada Ahad atas nama empat tahanan di Washington State Reformatory di Monroe. Tertulis dalam gugatan, para tahanan menderita kelaparan hingga kehilangan berat badan sejak Ramadhan dimulai pada pertengahan Mei.

Hakim Distrik AS Ronald Leighton di Tacoma mengeluarkan perintahnya hanya beberapa jam setelah gugatan diajukan. Keputusan serupa dari hakim federal di Alaska dikeluarkan bulan lalu menjawab gugatan yang mirip.

"Narapidana Muslim telah kelaparan dan kesehatan mereka dalam bahaya sebagai akibat dari kebijakan Monroe Correctional Complex," kata Direktur litigasi nasional CAIR, Lena Masri dalam keterangan persnya dilansir AP, Senin (11/6).

CAIR pun menyambut baik intervensi cepat pengadilan federal yang diharap dapat segera mengakhiri krisis. Keputusan tersebut adalah jaminan agar narapidana Muslim tidak lagi kelaparan saat menjalankan prinsip-prinsip dasar keimanan mereka.

Di Spokane County, Juru bicara layanan penahanan daerah, Sgt. Tom Hill mengatakan mereka memiliki kebijakan untuk menghormati semua diet agama, termasuk diet Muslim. Mereka menjamin bahwa tahanan Muslim bisa menjalankan ketentuan makan menurut agamanya.

Hill mengatakan bahwa Penjara Spokane County dan Geiger Corrections Center memiliki sekitar 950 narapidana. Namun hanya satu yang meminta akomodasi khusus untuk Ramadhan.

Termasuk kebijakan menerima sarapan jam tiga pagi dan makan lagi sekitar jam enam sore. Jatah makan siang diberikan setelah matahari terbenam bersama dengan makan malam sehingga mereka mendapat dua kantong makanan.

"Dan itu terserah mereka untuk memakannya atau tidak memakannya," kata Hill.

Sebelumnya, gugatan CAIR menyebut bahwa kebijakan penjara simpang siur. Pihak lapas telah meminta setiap Muslim yang akan berpuasa untuk mendaftarkan namanya sejak Januari lalu.

Namun pada masa Ramadhan ternyata nama mereka tidak ada dalam daftar. Selain itu, tahanan Muslim yang baru masuk setelah bulan Januari tidak bisa memperbarui statusnya. Mereka tetap menerima makanan seperti biasa.

Saat mereka mencoba menyimpan makanan di sel untuk di makan saat sahur atau berbuka, makanan itu disita. Hal ini membuat mereka tidak bisa makan dengan teratur dan akhirnya kehilangan berat badan.

Bahkan, beberapa tahanan yang berada di daftar Ramadhan telah mencoba berbagi makanan malam mereka dengan mereka yang tidak ada di daftar. Tetapi makanan itu juga kadang-kadang disita.

Bulan lalu, CAIR menggugat pejabat penjara Alaska atas nama dua narapidana Muslim. Alasannya, bahwa makanan yang diterima setiap malam tidak cukup atau tidak sesuai dan berisi daging babi.

Makanan tersebut hanya berkisar dari sekitar 500 hingga 1.100 kalori. Padahal pedoman kesehatan menyarankan 2.600 hingga 2.800 kalori per hari per orang.

Hakim Distrik AS H. Russel Holland mengatakan dalam sebuah perintah tertulis bahwa narapidana Muslim yang berpuasa harus diberikan makanan sehari-hari yang mengandung setidaknya 2.600 kalori.


Terpopuler