Kata Kunci Fitrah adalah Mengendalikan Hawa Nafsu

Rep: Fuji E Permana/ Red: Andi Nur Aminah

Senin 11 Jun 2018 17:28 WIB

Puasa Ramadhan (ilustrasi) Puasa Ramadhan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar Fiqih Muamalah, Ustaz Oni Sahroni menyampaikan, Idul Fitri dari segi bahasa artinya kembali kepada kesucian. Umat Islam yang sudah selesai berpuasa selama bulan Ramadhan diharapkan bisa kembali kepada jati dirinya, kemanusiaannya dan fitrahnya.

"Semua bermula dari bulan Ramadhan, bulan Ramadhan adalah madrasah training kita, diharapkan setiap kita yang berpuasa itu terbiasa meninggalkan hal-hal yang tidak baik (mengendalikan hawa nafsu, Red)," kata Ustaz Oni kepada Republika.co.id, Senin (11/6).

Ia meneragkan, artinya dengan puasa selama Ramadhan, manusia diharapkan bisa dan terbiasa mengendalikan hawa nafsunya. Dia menjelaskan, kata kunci dari fitrah adalah hawa nafsunya bisa dikendalikan. Karena semua yang mengotori fitrah manusia adalah hawa nafsu.

Hawa nafsu seperti melakukan korupsi dan tidak amanah, ini semua bertentangan dengan fitrah manusia. Contohnya orang yang melakukan korupsi, artinya orang tersebut tidak bisa mengendalikan hawa nafsu. "Kata kuncinya, setiap orang yang bisa mengendalikan hawa nafsu akan lebih dekat dengan kefitrahannya," ujarnya.

Ia menegaskan, orang yang sukses di bulan Ramadhan akan bisa mengendalikan hawa nafsu. Serta akan lebih dekat dengan kefitrahannya. Ustaz Oni juga mengingatkan, yang terpenting bagaimana umat Islam menjadikan bulan Ramadhan sebagai tuntunan. Orang yang dikatakan sukses di bulan Ramadhan, bukan berarti bergembira di hari Idul Fitri.

Ustaz Oni mengatakan, setiap orang yang mendekati akhir dari bulan Ramadhan, harus sudah punya perencanan matang. Supaya di bulan-bulan setelah Ramadhan bisa beribadah seperti saat bulan Ramadhan.

"Begitulah seharusnya sehingga setelah hari Idul Fitri, bukan bertanda kaum Muslimin dan Muslimat selesai, harusnya memetik hasilnya, membuat rencan baru di bulan selanjutnya percis seperti saat Ramadhan," terangnya.