REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tak terasa Ramadhan sebentar lagi akan beranjak pergi. Ada sebagian yang bersedih, ada pula yang lebih memikirkan pakaian dan perhiasan untuk menyambut Idul Fitri.
Sejatinya, Rasulullah SAW selalu meningkatkan ibadahnya setiap kali memasuki sepuluh hari terakhir Ramadhan. Dalam sebuah hadis sahih, Aisyah RA berkata: "Rasulullah SAW apabila masuk sepuluh hari terakhir Ramadhan, maka beliau akan semakin mengencangkan sarungnya."
Maksud dari mengencangkan sarung, menurut para ahli tafsir dan hadis adalah makin bersungguh- sungguh dalam beribadah. Padahal, Rasulullah SAW tidak pernah lengah atau menurunkan semangatnya dalam beribadah, tapi pada sepuluh hari terakhir iba dah beliau lebih giat diban ding kan ibadah di hari-hari sebe lumnya.
Namun, saat ini apa yang telah diteladankan Rasulullah itu sulit ditemui pada akhir Ramadhan. Masjid tidak lagi ramai seperti saat awal Ramadhan. Sebaliknya, pusat perbelanjaan justru sesak, dipadati orang-orang yang mencari perlengkapan menyambut Lebaran.
"Dengan semakin menipisnya waktu, sepatutnya kita mengikuti Rasul untuk meningkatkan iba dah, karena setiap menit bahkan detik di bulan Ramadhan sangat berharga untuk mengerjakan se suatu yang dapat mendekatkan pada Allah. Bukan justru ber ma las-malasan apalagi lebih me men tingkan mencari perlengkapan menyambut Idul Fitri," kata Ustaz Abu Qotadah Lc dalam ceramahnya di Masjid al-Azhar Sum marecon Bekasi, belum lama ini.
Menurut Ustaz Abu, seiring berjalannya Ramadhan maka keimanan juga akan cenderung berubah. Ada yang makin meningkat, ada pula yang menurun. Ada pula yang justru tidak berubah sama sekali. Padahal, kata dia, sudah sepatutnya disadari bahwa makin sedikitnya waktu Ramadhan yang tersisa, akan makin sedikit pula waktu untuk mengumpulkan keberkahan dan pahala yang berlimpah ruah di da lamnya.
Adapun salah satu cara Rasulullah meningkatkan ibadah di sepuluh hari terakhir Ramadhan adalah menghidupkan malam dengan memperpanjang durasi ibadah qiyamul lail. Mengutip sebuah hadis, Ustaz Abu menerangkan bahwa Rasulullah pernah mengetuk rumah putrinya, Fatimah untuk mengajaknya dan menantunya, Ali bin Abi Thalib untuk melaksanakan qiyamul lail.
Menghidupkan malam dan memperpanjang qiyamul lail dilakukan dengan memperbanyak shalat sunah, membaca Alquran, dan memuji Allah SWT dengan zikir dan tahmid. Keuntungan dari menghidupkan malam pada ma lam-malam terakhir Rama dhan dengan ibadah, kata Ustaz Abu adalah mempermudah jalan untuk mendapatkan keberkahan Lailatul Qadar.
Rasulullah bersabda: "Barang siapa yang melaksanakan shalat malam pada Lailatul Qadar karena keimanannya pada Allah dan mengharapkan pahala di sisi- Nya, maka Allah akan ampuni do sa-dosanya yang telah lalu." "Lailatul Qadar merupakan bukti kasih sayang Allah kepada hamba-Nya dan sungguh disa yang kan jika disia-siakan, karena belum tentu kita punya kesempatan untuk bertemu Ramadhan selanjutnya," kata dia.
Allah SWT berfirman dalam surah ad-Dukhan ayat 1-4 yang artinya: "Demi kitab (Alquran) yang menjelaskan. Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan se sungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah. (Yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami. Sesungguhnya Kami adalah Yang mengutus rasul-rasul."
Berdasarkan pendapat ahli tafsir, pada malam itu (Lailatul Qadar) adalah malam ditetapkannya takdir seluruh makhluk yang akan terjadi di tahun selanjutnya. Pada malam itu pula, diturunkannya Alquran yang hingga kini menjadi petunjuk bagi umat mus lim seluruh dunia.
Malam itu juga diibaratkan lebih baik dari malam-malam selama seribu bulan, karena pada malam itu bumi akan sesak oleh para malaikat yang turun ke bumi dengan segala keberkahan, kebaikan dan rahmat yang menyertainya. Segala dosa akan dihapuskan dan terpenuhinya kesejahteraan karena banyaknya hamba yang dibebaskan dari api neraka.
Kehadiran Lailatul Qadar me mang dirahasiakan oleh Allah SWT. Ustaz Abu menjelaskan, hikmahnya yakni manusia dapat memaksimalkan ibadah mereka dan tidak hanya lada satu malam saja. Namun, banyak hadis yang me nerangkan bahwa Lailatul Qa dar berada di antara sepuluh ma lam terakhir. Rasulullah bersabda: "Bersungguh-sungguhlah ka lian untuk meraih Lailatul Qadar di sepuluh hari terakhir secara keseluruhan baik ganjil maupun genap."
Dalam hadis lain dijelaskan bahwa ada beberapa sahabat yang memimpikan datangnya Lailatul Qadar, lalu mengatakannya kepada Rasulullah. Rasulullah bersabda: "Mimpi kalian tentang Lailatul Qadar pada tujuh terakhir di bulan Ramadhan benar adanya, maka barang siapa yang ingin mendapatkannya (Lai latul Qadar) maka bersungguh-sungguhlah di tujuh hari terakhir Ramadhan."
Meski tidak diketahui waktu pasti kedatangan Lailatul Qadar, terdapat cara untuk mengetahui tanda-tanda kedatangannya. Rasulullah bersabda: "Pada Lailatul Qadar, matahari di pagi harinya tidak bercahaya dengan terang (redup)." (HR Muslim).
Dari Ibnu Abbas RA, Rasulullah bersabda: "Lailatul Qadar adalah malam yang sunyi dan tenang, dan tidak panas tidak juga dingin. Dan pagi harinya matahari bercahaya kemerah-me rahan (redup) sedangkan malamnya terang (meski tanpa bintang atau bulan)."
"Maka dari itu, untuk mendapatkan kemuliaan Lailatul Qadar sudah sepatutnya kita tidak ter lena dengan hal yang dapat menjauhkan diri dari Allah, dan sebaliknya semakin mendekatlah pa da-Nya," kata dia.