REPUBLIKA.CO.ID, Azan Maghrib baru selesai berkumandang. Arini (38 tahun) sibuk menuangkan air panas dari termos ke teko plastik. Dia mencampurkan tiga sachet teh dan beberapa sendok gula.
Semuanya sudah disiapkan Arini di sisi kiri dan kanan mobil bak atau pick up yang digunakannya untuk menuju kampung halaman di Solo. Ditemani suara hilir mudik kendaraan yang menuju Jawa Tengah, Arini bersama romongannya meneguk minuman dan menyantap kudapan ringan untuk membatalkan puasa.
Tahun ini merupakan kali kedua Arini mudik dengan mobil bak bersama keluarga. Belajar banyak dari pengalaman tahun lalu, Arini sudah menata perlengkapannya secara apik.
Peralatan makan dan minum diletakkan di sisi kanan. Sementara tumpukan baju pada bagian dalam mobil digunakan sebagai tempat bersandar untuk istirahat.
“Sudah kami beri alas kasur tipis, jadi nggak terasa sakit ketika duduk atau tidur,” ujar Arini kepada Republika.co.id saat tengah rehat di bahu jalan ruas tol Pemalang-Batang Km 313, Ahad (10/6).
Mobil bak yang mereka tumpangi sudah dibuat sedemikian rupa agar terasa nyaman kala harus menempuh perjalanan Jakarta-Solo. Selain diberi kasur tipis untuk alas tidur dan duduk, Arini bersama suaminya, Nugroho (40 tahun), juga menggunakan triplek plastik di sisi kanan dan kiri.
Pada bagian atas, ia memanfaatkan terpal serta spanduk bekas sebagai penutup. Untuk melindungi penumpang mobil dari debu dan hujan, Nugroho juga gunakan terpal sebagai penutup di sisi luar.
"Dikasih celah sedikit, supaya ada udara masuk. Kalau hujan, bisa tinggal dibuka terpal yang saya lipat sedikit pada bagian ujungnya," kata lelaki yang sehari-hari biasa bekerja sebagai sopir angkutan umum ini.
Pemudik menikmati makanannya saat berbuka puasa di Ruas Jalan Tol Fungsional Kertasari, Tegal, Jawa Tengah, Ahad (10/6). (Republika/Mahmud Muhyidin)
Jalan bergelombang di beberapa ruas tol Trans Jawa pun tidak menjadi masalah baginya untuk menikmati perjalanan. Perjalanan mudik Arini semakin tak terasa karena Arini dan Nugroho berangkat bersama kedua anak mereka. Mereka juga ditemani tiga saudara mereka.
Mudik dengan mobil terbuka memang membutuhkan persiapan yang lebih intensif, termasuk dari segi penutup bagian belakang mobil. Untuk perjalanannya kali ini, Nugroho sudah menyiapkan kendaraan dengan desain khusus sejak Sabtu (9/6) malam yang dibantu adik iparnya, Rizki (37).
Beruntung, perjalanan Nugroho tidak mengalami tantangan berat. Ketika memulai perjalanan dari Kebon Jeruk, Jakarta Barat pada pukul 12.00 WIB, cuacanya terbilang sejuk, meski sempat mendung. Ia juga tidak melalui kemacetan, termasuk di Gerbang Tol Cikarang Utama dan Palimanan yang sering padat.
Nugroho sebenarnya sudah tidak asing lagi mudik dengan mobil bak. Sebelum memiliki mobil sendiri pada tahun lalu, ia biasa menumpang orang lain dengan mobil yang sama. "Jadi, udah nggak ada masuk angin lagi tuh," ucapnya sembari tertawa.
Namun, Nugroho mengakui, bepergian jarak jauh dengan mobil bak memang tidak senyaman saat menggunakan kendaraan penumpang biasa. Kecepatannya pun tidak bisa terlalu tinggi, maksimal 60 hingga 80 km/jam, termasuk saat di ruas tol.
Perjalanan dengan mobil bak tidak hanya dinikmati Arini dan Nugroho. Anak sulung mereka, Inova Putra Nugroho (10 tahun), juga antusias selama hampir tujuh jam perjalanannya. "Sudah dua kali. Tahun lalu sama sekarang," ujar siswa kelas 3 SD ini.
Dengan keterbatasan mobilnya, Inova merasa sudah puas. Ia tidak merasa lelah ataupun pegal-pegal setelah melalui perjalanan panjang. Justru, ia mengaku ingin terus pulang kampung dengan mobil bak karena lebih sejuk dan lapang pada bagian belakangnya.
Inova mengaku tak pernah merasa bosan selama perjalanan. Ia menghabiskan waktunya dengan tidur atau bercanda dengan sang adik, Raka Putra Nugroho (2 tahun). "Tapi, keseringan tidur karena puasa," tuturnya sembari tersenyum malu.