REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Arus mudik sudah mulai dirasakan di Sumatra Barat sejak Jumat (8/6) atau H-7 Lebaran 1439. Jalan-jalan protokol di Kota Padang sudah mulai dipadati kendaraan dari luar daerah, pertanda perantau mulai mengalir masuk.
Namun mendekati Lebaran nanti aliran kendaraan diperkirakan justru mengarah ke luar Kota Padang, khususnya ke arah Bukittinggi hingga Payakumbuh. "Rute utama pemudik di wilayah Sumbar, Padang-Bukittinggi. Menurut aplikasi, hanya butuh 2 jam 20 menit. Namun saat mudik bisa tembus 8 jam," ujar Dirlantas Polda Sumbar Singgamata menyampaikan kondisi arus mudik di tahun-tahun sebelumnya, Sabtu (9/6).
Singgamata menjelaskan, padatnya jalur Padang-Bukittinggi sebetulnya disebabkan kesemrawutan lalu lintas di 4 titik, yakni Pasar Lubuk Alung, kawasan wisata Lembah Anai, Pasar Koto Baru, dan Pasar Padang Lua. Sejumlah jurus pun disiapkan untuk menata keempat titik paling rawan macet tersebut.
Baca juga: BI Sumbar Siapkan Rp 3,8 Triliun untuk Puasa dan Lebaran
Untuk mengatasi padatnya volume kendaraan di Pasar Lubuk Alung, petugas akan menutup arus menuju Bukittinggi bila ekor kemacetan telah menyentuh Simpang Pasar Lubuk Alung. Bila demikian terjadi, pengguna jalan akan diarahkan melewati jalur menuju Kota Pariaman, berlanjut ke Sicincin dan Malalak untuk menuju Bukittinggi.
"Namun kepadatan di Pasar Lubuk Alung juga harus ditata. Kami pasang barikade baik di tepi dan tengah jalan sehingga pengunjung dan pedagang tak melanggar batas bahu jalan," kata Singgamata.
Pemberian 65 barikade water barrier diharapkan dapat memperlancar arus kendaraan yang melalui Pasar Lubuk Alung. Bila di musim Lebaran butuh waktu hingga 2 jam untuk melalui area ini, Singgamata berharap mudik kali ini lebih lancar.
Titik rawan macet kedua adalah kawasan wisata air terjun Lembah Anai. Kesemrawutan di lokasi ini diyakini karena lokasi parkir yang sebelumnya tidak ditata dan tidak diawasi dengan baik. Akibatnya, banyak mobil yang parkir seenaknya di bahu jalan dan membuat kemacetan tak terelakkan. Mengatasi hal ini, polisi akan memberi batas di tepi jalan dan menyediakan 'pintu masuk' dan 'pintu keluar' kantong parkir yang ada.
"Tahun lalu masih diberikan kompromi untuk parkir sepanjang jalan. Tahun ini saya larang. Jangan gara-gara 10 orang kita korbankan ratusan orang yang sudah antre. Dan antrean ini bisa tembus 10 km," jelas Singgamata.
Baca juga: Tol Padang-Pekanbaru Butuh Pendekatan Adat" href="https://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/18/01/21/p2wir4368-pengerjaan-tol-padangpekanbaru-butuh-pendekatan-adat" target="_blank" rel="noopener">Pengerjaan Tol Padang-Pekanbaru Butuh Pendekatan Adat
Titik rawan macet ketiga adalah Pasar Koto Baru yang setiap tahunnya menyumbang antren macet paling panjang. Tahun 2018 ini, antisipasi untuk arus mudik sudah dilakukan sejak awal tahun. Ditlantas Polda Sumbar bersama Pemprov berusaha melakukan dialog dengan tokoh adat setempat untuk melakukan penataan pedagang dan area parkir.
Upaya penataan kawasan Pasar Koto Baru pun membuahkan hasil. Saat ini tersedia kantong parkir untuk sepeda motor tak jauh dari halaman depan pasar. Pedagang juga sudah diberikan sosialisasi agar tidak melanggar barikade yang dipasang. Begitu pula dengan masyarakat yang berkunjung, diberikan pemahaman untuk tidak sembarangan parkir kendaraan.
"Yang sebelumnya berserakan parkir sepeda motor saya akan kosongkan. Pedagang akan didorong ke dalam dan dipasang water barrier. Saya berkeyakinan Pasar Koto Baru tahun ini akan lebih lancar," katanya.
Titik terakhir adalah Pasar Padang Lua mendekati pusat Kota Bukittinggi. Di titik ini, kepolisian menerapkan kebijakan yang sama dengan yang dilakukan di Pasar Lubuk Alung dan Pasar Koto Baru yakni menertibkan pedagang dan pengunjung. Polisi juga akan menerapkan buka tutup jalur arah Padang-Bukittinggi bolak-balik, bila kepadatang tak terhindarkan.
Baca juga: Jalur Alternatif Mudik Hindari Macet di Sumbar
Baca juga: Pengerjaan Tol Padang-Pekanbaru Dihentikan Sementara