REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla menggelar buka puasa bersama para menteri Kabinet Kerja, kepala lembaga negara, dan sejumlah duta besar negara-negara Islam di Istana Wakil Presiden, Jumat (8/6). Dalam kesempatan tersebut, Jusuf Kalla meminta para duta besar negara-negara Islam untuk berbagi pengalaman selama menjalankan puasa ramadan di Tanah Air.
Membuka dialog tersebut, Jusuf Kalla mengatakan, kemacetan saat Ramadhan di Indonesia, terutama Jakarta tidak bisa dihindari. Sebab, banyak orang akan melaksanakan ifthar. Adapun pada ramadan tahun ini, Jusuf Kalla lebih banyak menghadiri acara buka puasa diluar rumah.
"Saya mungkin hanya lima kali buka puasa dirumah, istri saya mungkin senang karena tidak perlu repot-repot masak," ujar Jusuf Kalla sambil tertawa.
Jusuf Kalla menjelaskan, suasana Ramadhan di Indonesia memang cukup meriah. Tak hanya itu, ketika memasuki waktu shalat suara adzan juga saling bersahutan dari satu masjid ke masjid lainnya.
Dalam kesempatan tersebut, Jusuf Kalla meminta sejumlah duta besar untuk bercerita tentang pengalaman ramadan selama berada di Indonesia dibandingkan dengan ramadan di negaranya. Jusuf Kalla meminta Duta Besar Maroko untuk RI Benabdellah Ouadela menceritakan pengalamannya berpuasa ramadan di Jakarta.
Ouadela mengatakan, puasa ramadan di Indonesia lebih mudah ketimbang di Maroko. Adapun puasa di Maroko memakan waktu antara 16-17 jam, sedangkan waktu puasa di Indonesia hanya 12 jam.
"Ramadan di Indonesia sangat menyenangkan, semangat Islam di Indonesia sangat hidup sekali," kata Ouadela.
Hal serupa juga disampaikan oleh Duta Besar Tunisia untuk RI Mourad Belhassen. Dia mengatakan, berpuasa di Indonesia cenderung lebih mudah ketimbang di Tunisia. Karena waktunya lebih pendek. Adapun, ramadan di Indonesia memiliki aktivitas yang cukup banyak.
"Banyak orang yang berjualan makanan untuk ifthar disini (di Indonesia)," tuturnya.