Orang-Orang yang Bertakwa

Rep: Muhyiddin/ Red: Agung Sasongko

Jumat 08 Jun 2018 18:15 WIB

Takwa (ilustrasi). Foto: alifmusic.net Takwa (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengasuh Pesantren Modern Darus-Sholihin, KH. Ahmad Dimyathi Badruzzaman menjelaskan bahwa berdasarkan penjelasan kitab-kitab klasik, takwa itu sendiri adalah menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan Allah.

Ketua Umum MUI Depok ini menuturkan, Allah memerintahkan untuk bertakwa sesungguhnya karena sayang terhadap hamba-Nya. Karena, menurut dia, ketika seseorang mencapai derajat takwa maka akan meraih banyak keistimewaan. Di antaranya, hidup seorang hamba akan mulia dan lebih bermakna sebagaimana dijelaskan dalam Alquran.

"Di situ ada cuplikan ayat yang artinya. Sungguh orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa," ujar KH Dimyathi.

Dosen tafsir di Pondok Pesantren Al Hikam Depok ini, mengatakan bahwa ketika seseorang bertakwa maka segala kesulitan hidupnya akan dipermudah. Allah akan memberikan solusi dan jalan keluar. Bahkan, kata dia, rizki orang yang bertakwa akan dipermudah berdasarkan Alquran Surat atholaq ayat 2 dan 3.

"Yang artinya, barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya," jelas KH Dimyathi.

Selain itu, Allah juga menjanjikan surga bagi orang-orang yang bertakwa. Menurut dia, setidaknya ada empat indikator orang yang meraih derajat ketakwaan setelah Bulan Ramadan. Pertama, yaitu orang tersebut menjadi lebih suka berinfaq di jalan Allah baik dalam keadaan lapang atau sempit.

Kedua, lanjut dia yaitu orang yang mampu menahan amarah ketiga adalah orang yang sanggup memberikan maaf atas kesalahan orang lain. Dan yang keempat, orang itu selalu berbuat kebajikan. "Maka orang yang bertakwa itu cermin dari semua gerak-giriknya," ujarnya.

Hal senada juga disampaikan seorang ulama muda yang dikenal sebagai pakar hadits, KH Ahmad Luthfi Fathullah. Menurut KH Luthfi, jika ingin mengetahui orang yang mendapat derajat takwa, maka lihatlah setelah Hari Raya Idul Fitri.

"Lihat aja besok di hari pertama atau kedua, masjid penuh gak? Jilbab dilepas apa gak? Itu indikator yang paling gampang. Terus, tetap peduli sama orang miskin atau cuma Ramadhan doang. Itu kelihatan," kata KH Luthfi.

Dia menjelaskan, yang dimaksud orang bertakwa itu sendiri orang yang mampu menjadi lebih baik, baik dalam kacamata agama, maupun dari segi sosialnya. Menurut dia, Ramadhan menjadi momen yang paling bagus untuk mendapatkan derajat ketakwaan karena waktunya lama untuk melatihnya.

"Karena programnya lama. Dan manusia berubah itu butuh waktu. Kalau shalat sudah tiap hari, tapi waktubya cuma lima menit kali lima waktu. Kalau Ramadhan kan prosesnya lanjang, sehingga ini momen untuk meningkatkan ketakwaan," jelasnya.

Menurut KH Luthfi, banyak hikmah yang akan didapatkan ketika umat Islam banyak yang mampu menggapai derajat takwa. Salah satunya, yaitu kondisi sosial semakin baik, dosanya akan diampuni, pahalanya menjadi bertambah, dan mendapatkan jaminan surga.

Karena itu, tambah dia, merugilah orang yang belum berhasil menggapai ketakwaan di Bulan Ramadhan. Menurut KH Luthfi, hal ini sesuai dengan hafits riwayat Imam at-Tirmizi dan Imam Ahmad yang berbunyi:

"Amat merugi/hina seseorang yang Ramadhan masuk padanya kemudian Ramadhan pergi sebelum diampuni dosanya" (HR. al-Tirmidzi, Ahmad, al-Baihaqi, al-Thabrani, dan dishahihkan Al-Albani dalam Shahih al-Jaami', no. 3510).

Terpopuler