REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat ini banyak para pemudik memanfaatkan kendaraan sepeda motor untuk pergi ke kampung halaman. Untuk itu, penting memperhatikan waktu istirahat yang tepat selama dalam perjalanan jarak jauh.
Sony Susmana Praseto, Chief Instructor Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI) mengatakan, kendaraan roda dua sebenarnya diciptakan untuk berpergian dalam jarak dekat. Hal ini disebabkan oleh beberapa pertimbangan, seperti kemampuan dari kapasitas mesin motor, kemudian pengendara akan lebih cepat lelah karena dehidrasi, kemudian juga terlalu sering terkena paparan panas dan debu.
"Apabila akan dipakai jarak jauh atau untuk mudik, pastikan istirahat saat mengendara tiap dua atau tiga jam," kata Sony.
Pengendara juga dapat memanfaatkan fasilitas istirahat selama perjalanan yang disediakan oleh masing-masing dari Agen Pemegang Merek (APM). Kemudian hindari barang bawaan yang terlalu banyak, serta modifikasi tambahan pada motor yang dapat mengganggu keseimbangan.
"Pemudik juga harus menjauhi truk dan bus dalam perjalanan, karena blindspot-nya mereka besar," ujar Sony.
Sebelumnya Direktur Lalu Lintas Perhubungan Darat, Kementerian Perhubungan, Pandu Yunianto memperkirakan adanya peningkatan hingga 30 persen untuk masyarakat yang mudik lebaran dengan menggunakan sepeda motor pada lebaran 2018. Sebelumnya pada tahun 2017, jumlah pemudik yang menggunakan sepeda motor sebanyak 6,39 juta unit.
"Kalau sepeda motor masih naik 30 persen. Prediksi kita segitu, dari 6,39 juta unit menjadi 8,5 juta unit," ujar Pandu dalam sebuah acara diskusi di Jakarta, Sabtu (2/6).
Masyarakat, kata Pandu, menilai mudik menggunakan sepeda motor lantaran biayanya yang lebih murah dibandingkan menggunakan angkutan umum. "Contohnya, bus non-ekonomi Jakarta-Solo itu bisa Rp 200 ribu hingga Rp 300 ribu, jadi kalau suami-istri pulang pergi itu sampai Rp 1 juta. Nah, kalau naik motor Jakarta-Solo itu beli bensin 10 liter dan itu tidak sampai Rp 100 ribu," jelasnya.