REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Hotel dan maskapai penerbangan mulai sibuk menghadapi musim terpadat ke Makkah, Arab Saudi. Musim haji segera tiba beberapa saat setelah Ramadhan. Bulan suci ini pun sudah terpantau padat dari biasanya.
Tahun lalu, Ramadhan adalah bulan umrah paling populer kedua bagi para peziarah internasional. Otoritas Umum untuk Statistik Arab Saudi (GaStat) menyampaikan sekitar 946.265 kedatangan tercatat selama bulan puasa 2017. Pada bulan Rajab, jumlahnya sekitar 1.185.195 orang. Bagi peziarah domestik, Ramadhan adalah musim teratas tahun lalu. Menurut survei umrah terbaru dari GaStat, sekitar 53,6 persen dari hampir 12,5 juta melakukan ziarah di bulan suci.
Menanggapi permintaan musiman yang lebih tinggi, tahun ini maskapai nasional Arab Saudi meningkatkan jumlah perjalanan. Selain itu, maskapai juga menambahkan rute baru. "Selama musim umrah, sebagian besar armada Saudia berkomitmen untuk meningkatkan jumlah penumpang, ada tambahan 982 penerbangan pulang pergi dengan sekitar 325 ribu kursi pulang pergi dialokasikan untuk Ramadhan dan Syawal 1439," kata Wakil presiden komunikasi Arab Saudi Airlines (Saudia), Abdulrahman Altayeb pada Salaam Gateway.
Bandara yang menangani jumlah tertinggi peziarah masuk juga telah meningkatkan kapasitasnya. Bandara Internasional King Abdulaziz Jeddah (KAIA) minggu ini membuka terminal baru sebagai bagian dari ekspansi tiga fase yang dijadwalkan akan selesai pada Maret 2019.
Saudia yang memiliki armada 147 pesawat adalah maskapai pertama yang beroperasi dari terminal baru. Pasar utama dengan jumlah pengunjung terbesar adalah berasal dari Indonesia, Pakistan, Mesir, Malaysia, India, Bangladesh, Aljazair dan Maroko.
Terlepas dari pasar sumber utama ini, maskapai itu juga membuka rute baru selama umrah yakni Rusia, Irak, dan Maroko. Sementara untuk hotel, sejumlah besar hotel telah penuh selama bulan Ramadhan. Padahal harganya naik fantastis.
Surat kabar lokal The Saudi Gazette melaporkan bahwa hotel di daerah pusat sekitar Masjid Al Haram di Mekah sepenuhnya dipesan untuk 10 hari terakhir Ramadhan. Mengutip sumber industri, Saudi Gazette mengatakan bahwa dari 162 ribu kamar di daerah tersebut, 155 ribu dipesan dengan pembayaran di muka.
"Hotel di Makkah menjadi hunian paling penuh di dunia dan yang paling beragam dalam hal kewarganegaraan tamu," kata Managing director Swissotel Almaqam Makkah, Swissotel Makkah, Makkah Royal Clock Tower-a Fairmont Hotel, dan Raffles Makkah Palace, Alaa Eldin Saleh. Semua hotel ini merupakan bagian dari Accor Hotels Group.
Properti Accor Hotel terbaru, Swisstel Almaqam Makkah yang dibuka pada 2017 dibangun untuk mengakomodasi sejumlah besar peziarah. Hotel menawarkan restoran terbesar kedua di dunia dengan kapasitas untuk 3.000 orang.
Saleh memastikan bahwa kuantitas ini akan seiring dengan kualitas. Menurutnya, standar kualitas telah meningkat karena harapan pengunjung Makkah telah berubah dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Baik dalam hal fasilitas atau pun berbagai layanan.
Ia menyampaikan sektor haji dan umrah telah berubah secara signifikan. Mengacu pada proyek-proyek berskala besar yang dilakukan oleh pemerintah Saudi untuk memenuhi target Vision 2030. Yakni untuk meningkatkan jumlah peziarah umrah tahunan dari delapan juta setahun di 2015 menjadi 30 juta pada tahun 2030.
Lebih banyak kamar akan dibutuhkan. Menurut perusahaan riset industri STR, 25.619 kamar saat ini sedang dibangun di Mekkah, jumlah tertinggi kedua di Timur Tengah dan Afrika setelah Dubai.
Ekspansi dan peningkatan ini pun akan merambat pada pertumbuhan operator tur. Pada akhir 2017, Arab Saudi hanya memiliki 48 operator umrah. Namun kini, Anggota Komite Nasional untuk Haji dan Umrah, Osama Filali menyebut jumlahnya bertambah signifikan.
Pemerintah berencana meningkatkan jumlah peziarah hingga tiga kali lipat pada tahun 2030. Sehingga akan ada kebutuhan lebih banyak operator berlisensi. Wakil ketua Komite Nasional untuk umrah, Hassan Qadi mengatakan Jumlahnya minimal sebanyak 700.