Pentingnya Muhasabah

Rep: Ratna Ajeng Tedjomukti/ Red: Agung Sasongko

Rabu 06 Jun 2018 09:43 WIB

itikaf Foto: Republika itikaf

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Muhasabah berasal dari akar kata hasiba yahsabu hisab secara etimologis berarti melakukan perhitungan. Dalam tulisannya Sekjen Ikatan Dai Indonesia (IKADI) Ahmad Kusyairi Suhail menyebutkan muhasabah adalah sebuah upaya evaluasi diri terhadap kebaikan dan keburukan dalam semua aspeknya.

"Muhasabah merupakan salah satu saran yang dapat mengantarkan manusia mencapai tingkat kesempurnaan sebagai hamba Allah SWT,"ujar dia dalam tulisannya yang diterima Republika.

Terdapat empat hal pentingnya bermuhasabah. Pertama, muhasabah merupakan perintah Allah SWT. Sesuai Alquran Surat al-Hasyr ayat 18, bahwa setiap orang beriman diwajibkan bertakwa kepada Allah. Setiap orang juga harus memperhatikan apa yang telah dilakukannya demi akhirat.

Kedua Muhasabah merupakan Qadhaaya Imaniyah atau diskursus keimanna. Artinya barometer keimanan seorang mukmin sangat ditentukan oleh sejauh mana ia menerapkan muhasabah dalam kehidupannya.

Ketiga, muhasabah adalah karakter orang yang bertakwa. Menurut Ustaz Kusyairi mustahil seseorang sampai pada derajat takwa ketika tidak pernah mengiringi kehidupannya dengan muhasabah. Padahal surag disiapkan Allah SWT hanya bagi orang-orang yang bertakwa.

Keempat, muhasabah adalah kunci sukses kehidupan manusia yang unggul. Generasi terbaik umat islam adalah para sahabat. Sehingga kehidupan mereka tidak pernah lepas dari kegiatan muhasabah diri.

Meksipun mereka telah melaksanakan kewajiban ibadah kepada Allah. Mereka tetap memiliki rasa takut amalan tidak diterima oleh Allah, sehingga berupaya untuk bermuhasabah.

Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Prof KH Ahmad Satori Ismail mengatakan muhasabah artinya mengevaluasi diri. Ramadhan merupakan bulan mulai dimana segala amalan dilipatgandakan, sehingga muhasabah di bulan suci ini sangat dibutuhkan setiap orang.

"Muhasabah di 10 hari terakhir Ramadhan dapat dilakukan dengan memperbanyak amalan dan ampunan kepada Allah SWT,"jelas dia.

Kiai Satori mencontohkan untuk memperpanjang shalat malam sebagai bagian dari muhasabah diri. Ketika shalat sebenarnya, setiap orang dapat mengingat dosa-dosanya dan mengevaluasi perbuatan selama ini.

Sebenarnya muhasabah tak hanya dilakukan di bulan Ramadhan saja karena muhasabah adalah kewajiban yang harus dilakukan setiap hari dimanapun berada. "Setiap orang dapat bermuhasabah menjelang tidur setelah shalat isya atau saat istirahat untuk shalat di siang hari,"jelas dia.

Dalam bermuhasabah hendaknya menyadari kekurangan diri sendiri dan kesalahan yang dilakukan. Tak hanya harian, muhasabah juga bisa dilakukan setiap pekan dan setiap bulan.

Ramadhan menjadi bulan yang istimewa karena amalan-amalan saleh diperbanyak dan muhasabah menjadi bagian dari amalan tersebut. Apalagi pada 10 hari terakhir ada keistimewaan malam lailatul qadar yang kebaikannya sama dengan 1.000 bulan.

KiaiSatori mengingatkan dalam muhasabah di 10 hari terakhir bisa jadi Allah dapat meghapuskan banyak kesalahan dan menjadi acuan untuk memperbaiki diri. Sehingga masa yang akan datang menjadi lebih baik.

Tak hanya evaluasi, amalan bertobat tentu harus diperbanyak. Bertaubat dapat menguatkan akidah dan mendapatkan ampunan Allah. Syarat bertobat adalah setiap Muslim berjanji untuk tidak melakukan kesalahan yang sama.

Tak hanya bertobat, dalam bermuhasabah juga umat Islam dianjurkan beritighfar, berbeda dengan taubat, istighfar tidak membutuhkan syarat tetapi dengan istighfar dapat memohon ampunan. Ramadhan ini amalan-amalan seperti ini tentu dilipatgandakan pahalanya, begitu juga ibadah sunnah yang kebaikannya disejajarkan dengan amalan wajib.

Muhasabah merupakan suatu keharusan dan dapat dilihat keindahannya ketika dilakukan sesuai dengan kemampuan. Jika mereka adalah kepala rumah tangga maka dia harus mengevaluasi diri layaknya tanggung jawab sebagai kepala rumah tangga.

Demikian halnya dengan pemimpin yang bermuhasabah jangan sampai salah jalan tidak sesuai Alquran dan sunnah. Terutama memperbanyak doa agar hidup rakyatnya semakin tentram.

Sekjen Al Washliyah Ustaz Masyhuril Khamis mengatakan untuk mendapatkan Lailatul Qadar di 10 hari terkahir Ramadhan maka hendaknya melakukan usaha yang keras, muhasabah ketika itikaf merupakan salah satu jalan meraihnya.

"Dalam bermuhasabah hendaknya kita mengingat janji-janji yang telah pernah kita ucapkan dan perbuatan yang pernah dilakukan untuk direnungkan apaka sudah ditepati dan sudah benar dilakukan,"jelas dia.

Muhasabah menjadi amalan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dalam bermuhasabah Ustaz Masyhuril menganjurkan agar memperbanyak istighfar, tilawah dan membaca makna Qurani.

"Kita juga diminta untuk memohon ampun berdoa untuk umat dan mendoakan pemimpin menjadi orang yang bertakwa,"jelas dia. Tentu untuk mendapatkan pemimpin bertakwa haruslah rakyatnya yang memiliki ketakwaan yang sama.

Menjadi takwa salah satunya adalah menerapkan sikap kejujuran. Kejujuran memiliki tiga tanda, benar dalam niat, benar dalam ucapan dan benar dalam tindakan. Mereka yang berhasil bermuhasabah adalah mereka yang mampu menjaga kejujuran ini karena dalam berpuasa juga dilarang untuk berbohong. Sehingga untuk kembali suci di hari Idul Fitri nanti, jika mampu menjaga kejujuran maka muhasabah yang dilakukan selama Ramadhan berjalan efektif.