Dari Pengajian, KajianMu Selamatkan Jamaah dari Rentenir

Rep: Muhyiddin/ Red: Agung Sasongko

Rabu 30 May 2018 21:26 WIB

Pendiri Kajian Memberdayakan Umat (KajianMu), Muhammad Ghufron Mustaqim usai menjadi pembicara dalam acara Pengkajian Ramadhan 2018 di Kampus Fakultas FKIP Uhamka, Jakarta Timur, Selasa (29/5). Foto: Republika/Muhyiddin Pendiri Kajian Memberdayakan Umat (KajianMu), Muhammad Ghufron Mustaqim usai menjadi pembicara dalam acara Pengkajian Ramadhan 2018 di Kampus Fakultas FKIP Uhamka, Jakarta Timur, Selasa (29/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pendiri Kajian Memberdayakan Umat (KajianMu), Muhammad Ghufron Mustaqim menyelamatkan puluhan pengusaha mikro dari jeratan rentenir di Yogyakarta. Pemuda ini bersama temannya memberikan pinjaman tanpa bunga dan jaminan kepada jamaah pengajian yang memiliki usaha mikro.

KajianMu adalah program pemberdayaan berbasis pengajian. Menurut Ghufron, sampai saat ini ada 40-45 jamaah yang fokus dibantu oleh KajianMu. Namun, yang mengajukan permohonan untuk diadakan KajianMu sudah ada 30-50 masjid.

Ke depannya, menurut dia, pihaknya akan terus mengundang ibu jamaah lainnya untuk datang ke pengajian yang digelar KajianMu setiap pekan.

"Kita undang ibu-ibu yang punya usaha mikro untuk datang ke pengajian kami. Terus kemudian mereka dapat pinjaman tanpa bunga tanpa jaminan. Syaratnya satu, yang penting rutin datang ke pengajian kami," ujar Ghufron saat berbincang dengan Republika.co.id usai menjadi pembicara dalam Pengkajian Ramadhan 2018 di Kampus Fakultas FKIP Uhamka, Jakarta Timur, Selasa (29/5).

Alumni Universitas Gajah Mada ini menjelaskan, dalam menjalankan program ini, pada intinya KajianMu belajar dari zaman Rasulullah tentang pembangunan umat, di mana kuncinya ada dua, yaitu tentang pembinaan iman dan pembinaan ekonomi. Menurut dia, pembinaan iman sudah ditandai dengan dibangunnya masjid untuk shalat jamaah dan ibadah lainnya.

"Yang ini di Indonesia rasa-rasanya sudah banyak karena masjid aja ada 800 ribu.Tapi yang kedua, sumber pemberdayaan ekonomi jamaah ini yang kurang maksimal. Nah kita memulai pilot projek di Jogjakarta setahun yang lalu, kita undang ibu-ibu itu," ucap Ghufron.

Sebelumnya, menurut dia, ibu-ibu yang memiliki usaha mikro itu banyak yang terjebak rentenir. Namun, kini sudah bisa mengajukan pinjaman kepada KajianMu setelah mengikuti minimal lima kali pengajian. Jamaah bisa memilih sendiri jumlah angsuran sesuai kemampuannya yang diangsur setiap minggunya.

Jumlah pinjaman awal yang KajianMu berikan sampai Rp 3 juta. Namun, seiring dengan kemajuan usaha jamaah dan keaktifan dalam pengajian, Kajianmu bisa memberikan pinjaman sampai Rp 10 juta.

Saat ini, KajianMu memiliki dua titik pengajian di Sedayu, Bantul, Yogyakarta. Sejauh ini sudah mulai banyak muncul permintaan-permintaan dari berbagai masjid agar KajianMu diselenggarkan di masjid tersebut. Satu per satu akan diakomodasi sehingga KajianMu bisa memberikan dampak ke lebih banyak jamaah. "Karena ternyata keinginan untuk menduplikasi ini di beberapa tempat banyak, kita buatkan platform digital," kata Ghufron.

Awal Cerita Berdirinya KajianMu

Awal cerita KajianMu adalah ketika menjelang Bulan Ramadhan tahun 2017. Ghufron Mustaqim, Daffa Abyanu dan Wahyu Chandra mampir makan di sebuah warteg di Sedayu, Bantul, Yogyakarta. Di sampingnya, ada Ibu-ibu pemilik warung, yang mana rak-raknya tampak kosong.

Produk yang dijual pun sangat sedikit lantaran tidak memiliki modal. Pernah produknya lebih banyak, tapi karena ada anggota keluarga yang sakit, uang yang seharusnya untuk belanja barang dipakai untuk berobat. Lalu, Ghufrin dan kedua temannta itu bertanya kenapa tidak pinjam modal?

Ibu tersebut jawab bahwa ia enggan karena trauma dengan rentenir yang menetapkan bunga melangit. Kalaupun ia pinjam di bank, dia tidak punya sesuatu untuk dijaminkan sehingga susah dapat pinjaman bank. Ghufron lalu menelusuri lebih lanjut problem ini.

Lalu, pada kesempatan lain, Ghufron berjumpa dengan ibu penjual sayur. Usaha penjual sayur itu juga tidak berkembang karena terjebak hutang ke rentenir. Keuntungan yang didapat tidak bisa dinikmati karena untuk membayar bunga rentenir.

Karena itulah, Ghufron dan temannya memberanikan diri untuk mengajak ibu tersebut dan ibu-ibu lain yang memiliki cerita mirip dalam program pemberdayaan berbasis pengajian, KajianMu.