Masalah Pencernaan Naik Dua Kali Lipat Saat Ramadhan di UEA

Rep: mgrol105/ Red: Andi Nur Aminah

Senin 28 May 2018 19:50 WIB

Makan berlebihan bisa picu kegemukan Foto: lifedailyburn.com Makan berlebihan bisa picu kegemukan

REPUBLIKA.CO.ID, ABU DHABI -- Para dokter di Uni Emirat Arab mendesak orang-orang untuk tidak makan terlalu berlebihan selama puasa dan sahur. Dilansir dari khaleejtimes.com, departemen gawat darurat di Uni Emirat Arab telah menerima pasien dua kali lipat dari awal Ramadhan, dikarenakan makan berlebihan.

"Kami menerima terlalu banyak pasien dengan keluhan sakit perut, muntah dan diare saat Ramadhan. Pasien dengan keluhan seperti itu jumlahnya terlalu banyak saat ini. Kadang-kadang, seluruh keluarga datang bersama-sama dengan keluhan yang sama," kata dr Ola Nagi Ibrahim, dokter umum di Emergency Medicine, Bareen Hospital.

Dokter Ibrahim mengatakan sebagian besar kasus yang diterima adalah gastroenteritis, infeksi usus, yang menyebabkan sakit perut yang parah, diare dan muntah. Departemen ini menerima sekitar 15 pasien setiap hari di bulan Ramadhan. Angka itu dua kali lipat dari kasus yang diterima pada hari-hari biasa.

"Sebagian besar kasus yang kami terima selama siang hari disebabkan oleh dehidrasi dan sengatan matahari, yang membutuhkan resusitasi segera dengan cairan IV. Sedangkan sebagian besar kasus yang kami terima di malam hari (pasca-buka puasa) terkait dengan gastroenteritis. Orang-orang makan terlalu banyak di bulan Ramadhan dan memerlukan perawatan di rumah sakit," ujar dr Ibrahim.

Dokter ini mengatakan makanan yang tidak higienis juga menyebabkan meningkatnya jumlah pasien. "Makanan dapat dengan mudah rusak dan terinfeksi di musim panas. Saran utama saya adalah memastikan bahwa makanan itu higienis dan aman untuk dikonsumsi," ujarnya.

Dr Shafqut Jalal, asisten kepala Departemen Gawat Darurat di Rumah Sakit Universal, mengatakan  bahwa rumah sakit lebih banyak menerima pasien di bulan Ramadhan. Rumah sakit menerima sekitar enam sampai 10 pasien per hari terkait kasus gastritis.

Dia mengatakan, banyak orang lebih suka makan berbuka di luar rumah. Makanan ini dimasak dalam jumlah besar, kadang-kadang tidak higienis. "Makanan pedas juga menyebabkan lebih banyak kasus sakit perut di Ramadhan," kata dr Jalal.

Penderita diabetes yang berpuasa tanpa konsultasi sebelumnya dengan dokter mereka, pada akhirnya tiba di rumah sakit. "Mereka menderita gula darah rendah, dengan gejala berkeringat, kebingungan dan pusing," katanya.

Dokter Jalal, yang sebelumnya bekerja di rumah sakit umum, mengatakan bahwa departemen gawat darurat di rumah sakit pemerintah juga menerima lebih banyak korban kecelakaan di jalan pada bulan Ramadhan. Mereka melaju sekitar waktu buka puasa. "Tidak perlu terburu-buru jika sudah dekat waktu berbuka. Lebih baik terlambat daripada menyesal," dia memperingatkan.

Dokter Magdi Mohamed, konsultan - Emergency Medicine di Rumah Sakit Burjeel, mengatakan penting bagi orang untuk berbuka puasa dengan kurma, air dan makanan ringan, seperti sup atau salad. "Ini semua tentang kualitas," katanya.

Dia mengatakan, bahwa makanan harus rendah lemak, karena makanan berlemak akan sulit dicerna, menyebabkan sakit perut dan dehidrasi. Memakan makanan yang kaya protein, vitamin, mineral dan karbohidrat kompleks adalah kuncinya.

Dokter Mohamed menambahkan bahwa sekitar sepertiga dari semua pasien dalam keadaan darurat selama Ramadhan mengalami gangguan saluran pencernaan. "Kami melihat semakin banyak kasus karena jumlah makanan yang dikonsumsi besar dan kurangnya kualitas makanan tersebut," kata dia.

Departemen itu juga menerima lebih banyak pasien dengan batu ginjal, infeksi saluran kencing dan migrain karena dehidrasi di bulan Ramadhan. "Sangat penting bagi orang untuk minum air yang cukup saat berbuka dan sahur," ujarnya.

Pecandu kopi juga banyak yang dirawat di rumah sakit. "Mereka mengeluh sakit kepala selama Ramadhan, karena mereka tiba-tiba berhenti minum kopi, sesuatu yang mereka konsumsi secara teratur, mereka menderita withdrawal symptoms.".

 

Terpopuler