Ngabuburit di Istanbul, Apa Bedanya?

Red: Agung Sasongko

Ahad 27 May 2018 13:00 WIB

Suasana jelang buka puasa di Istanbul, Turki. Foto: Republika/Arif Supriono Suasana jelang buka puasa di Istanbul, Turki.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Arif Supriono

JAKARTA -- Di Indonesia, tradisi menunggu waktu berbuka puasa dikenal dengan ngabuburit.  Tradisi ini juga lazim dilakukan oleh umat Islam di Istanbul, Turki. Tentu ada perbedaan antara apa yang terjadi di sana dengan kebiasaan di sini.

Restoran memang menjadi salah satu tempat atau lokasi yang banyak dipilih oleh umat Islam Istanbul. Umumnya mereka mengadakan acara buka puasa bersama anggota keluarganya. Namun banyak pula yang melakukannya bersama teman-teman sebaya, baik rekan sekolah atau teman kerja.

Suasana berbeda terjadi di kawasan Masjid Sultan Ahmet yang juga biasa disebut sebagai Masjid Biru (Blue Mosque). Sejak 1,5 jam sebelum waktu Maghrib, warga sudah mulai menempati bangku-bangku yang ada di area masjid tersebut.

photo
The Sultan Ahmed Mosque – Blue Mosque di Istanbul, Turki

Banyak di antara mereka yang membawa serta anggota keluarganya. Terlihat pula beberapa rombongan anak muda yang memenuhi kawasan masjid tersebut.

Menjelang Maghrib, ribuan orang sudah memenuhi arena di sekitar masjid. Karena banyak yang tak kebagian tempat duduk, mereka menggelar tikar di rerumputan. Banyak sekali suami-istri dan anggota keluarganya yang duduk bersama menunggu saat Maghrib tiba.

Mereka semua membawa bekal dari rumah. Malah ada pula satu keluarga yang membawa alat memasak berupa kompor kecil dan pemanas air.

Menurut mahasiswa Universitas Marmara, Istanbul yang berasal dari Indonesia, Taufik, mereka yang ngabuburit di Masjid Sultan Ahmet itu tak hanya berasal dari warga di sekitar masjid tersebut. “Banyak pula yang berasal dari luar kawasan masjid ini,”  kata dia.

photo
Suasana jelang berbuka puasa di Turki/Republika Arif Supriono

Kawasan Masjid Sultan Ahmet, tutur Taufik, memang menjadi tempat paling favorit untuk ngabuburit. “Di sini selalu ramai, kalau menjelasng buka puasa di bulan Ramadhan,” papar mahasiswa jurusan sejarah Islam itu.

Selain warga yang menunggu buka puasa, di lokasi itu juga ada bincang-bincang agama yang merupakan program stasiun televisi setempat. Acara ini juga digelar secara rutin setiap Ramadhan dan disiarkan langsung stasiun televisi setempat. Ada pula acara berbau hiburan yang diselingi dengan aneka kuis dan ramai dikunjungi warga.

Di samping lokasi warga yang duduk menunggu buka puasa, ada pula tempat bazar. Aneka barang dijual di arena bazar ini.

photo
Suasana Grand Bazaar Capali, Istanbul Turki

Meski ini merupakan kegiatan menunggu waktu berbuka puasa, namun tak sedikit pula yang sejak sore telah lebih dulu menyantap makanan atau minuman. Di resto-resto dalam kompleks masjid, pemandangan seperti ini bisa dilihat.

Mereka pun tidak malu untuk menyantap makanan, sekalipun di tempat terbuka. “Ya, mereka itu hadir sekadar menikmati suasana yang semarak saja. Mereka mungkin umat Islam juga tetapi tidak berpuasa,” ujar Taufik.

Saat waktu buka puasa tiba, mereka pun menyantap hidangan yang dibawa dari rumah. Suasananya memang terasa meriah dan tampak menyenangkan.

Hampir satu jam acara buka puasa bersama ini berjalan. Anehnya, tak banyak di antara mereka yang kemudian bersiap untuk menjalankan shalat tarawih. Mereka tetap saja di tempat untuk menyantap makanan itu. Setelah selesai makan, mereka pun berkemas pulang. Mungkin saja mereka menjalankan shalat tarawih di rumah.

Terpopuler