Perjuangan Membangun Peradaban

Red: Agung Sasongko

Kamis 24 May 2018 11:08 WIB

Gubernur NTB, Tuan Guru Bajang, Muhammad Zainul Majdi  memberikan sambutan  dalam acara launching  Pesona Khazanah Ramadhan di Masjid Istiqlal, Jakarta, Jumat (11/5). Foto: Republika/Iman Firmansyah Gubernur NTB, Tuan Guru Bajang, Muhammad Zainul Majdi memberikan sambutan dalam acara launching Pesona Khazanah Ramadhan di Masjid Istiqlal, Jakarta, Jumat (11/5).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Dr TGH Muhammad Zainul Majdi, Gubernur NTB

Sesungguhnya Islam membawa kepada kemajuan. Sebagaimana dulu hadir, Rasulullah SAW dalam sejarah membangun peradaban di Madinah, lalu terus meluas ke seluruh penjuru dunia. Peradaban Islam syarat dengan kemajuan dan kesejahteraan.

Oleh karena itu, saya ingin mengajak semua elemen umat Islam menunjukkan kebanggaan dan kesyukuran yang berlipat- lipat pada diri kalian. Mengapa berbangga dan bersyukur? Karena Allah SWT memberikan kita nikmat menjadi bagian dari umat Nabi Muhammad SAW, ini kebanggaan dan kesyukuran yang utama sebagai bagian dari umat Nabi Muhammad. Yang kedua, sebagai kebanggaan dan kesyukuran, Allah juga memberikan kita ranah pengabdian yang sangat luas di bumi Allah yang bernama, Indonesia.

Ini kesyukuran kita yang kedua, selain sebagai seorang Muslim dan mukmin, kita juga menjadi bagian dari bangsa yang besar bernama, bangsa Indonesia.

Hal-hal baik sesungguhnya dimulai dari keikhlasan, dimulai dari kesungguhan, dan dimulai dari kepeloporan serta kebersamaan. Karena, kata para ulama, sesuatu kalau dibangun dengan fondasi niat karena Allah, akan menghasilkan keberkahan yang berlipat ganda.

Allah menyampaikan dalam Alquran surah al-Baqarah ayat ke-183, Ya ayyuhalladzina amanu kutiba `alaikum ash-shiyama kama kutiba `alalladzina min qablikum. Kewajiban puasa ini juga telah diwajibkan kepada umat- umat sebelumnya. Artinya, dalam perin- tah puasa ada yang namanya makna kontinuitas, ketersambungan, atau ke- berlanjutan.

Dari perspektif ini, kita bisa melihat bahwa umat manusia itu dipandang Allah SWT sebagai suatu kesatuan. Meskipun beda-beda zaman nabinya, esensi risalahnya tetap sama. Inti dari spirituali- tas yang harus diciptakan pun sama. Jika ini diberlakukan Allah untuk seluruh umat manusia dan seluruh umat para nabi dan rasul, seharusnya kesadaran ini harus lebih kuat lagi di kalangan umat Islam.

photo
Infografis Teladan Rasulullah dalam Berpuasa

Jadi, kalau umat para nabi dan rasul yang berbeda saja ada kontinuitas dan keberlanjutan, serta ada kesatuan risalahnya. Maka, kesadaran akan kesatuan risalah itu harus lebih kuat lagi di kalangan umat Nabi Muhammad dalam membangun peradaban yang meng- hadirkan kemaslahatan bagi semua umat manusia. Artinya, puasa itu bagian dari refleksi terhadap kesatuan kita. Dengan demikian, hal-hal yang bisa mengganggu atau merusak kesatuan umat bisa kita kelola dengan baik.

Kemudian, di sisi yang lain juga, puasa dilaksanakan di dalam satu waktu yang sama bagi umat Islam, berlaku dari ujung barat sampai ujung timur, utara, dan selatan di bumi Allah ini, berlaku sama, yaitu di bulan suci Ramadhan.

Hal ini menyimpan makna bahwa keseragaman menunaikan puasa dalam waktu yang bersamaan, dapat melatih dan mengingatkan kita merasa senasib dan sepenanggungan sebagai satu umat.Jadi, pesannya, solidaritas umat itu kuat sekali pada Ramadhan. Sehingga, diharapkan bakda Ramadhan, hadzihi ummatukum ummatan wahidah(QS al-Anbiyaa [21]: 92) bisa terwujud. Semoga la'allakum tattaqun yang diarahkan kepada semua umat Islam tanpa kecuali itu secara kolektif bisa terwujud.

Jadi, terdapat solidaritas yang terbangun dari rasa senasib dan sepenang- gungan dari seluruh umat yang melaksanakan puasa pada Ramadhan ini.Dan, hal itu diharapkan dapat mengukuhkan persatuan umat setelah Ramad- han dan seterusnya.

Terpopuler