Ifthar Ramah Lingkungan di Masjid Setengah Kuil

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Ani Nursalikah

Rabu 23 May 2018 09:09 WIB

Menu bubur oushadha kanji yang disajikan sebagai sajian berbuka puasa di Palayam Juma Masjid di Kerala, India. Foto: Deccan Chronicle Menu bubur oushadha kanji yang disajikan sebagai sajian berbuka puasa di Palayam Juma Masjid di Kerala, India.

REPUBLIKA.CO.ID, THIRUVANANTHAPURAM -- Saat masjid ini dibangun untuk para tentara negara bagian Travancore dua abad yang lalu, masjid masih beratapkan jerami. Bangunan hanya terdiri atas kubah dan menara.

Masjid di Thiruvananthapuram, Ibu Kota Kerala ini, berbagi perbatasan dengan sebuah kuil Hindu. Meski demikian, anggota Muslim dari tentara kerajaan dengan bebas berdoa dan shalat di sana.

Saat ini, masjid telah bermetamorfosis menjadi struktur yang lebih megah. Proses itu tidak sebentar, perlu beberapa dekade hingga akhirnya bisa jadi 'Juma Masjid'.

Masjid di Palayam itu sekarang menyihir penduduk bahkan non-Muslim dengan pesta ifthar (berbuka puasa) yang unik. Masjid juga menjadi ajang pertemuan sekuler selama bulan Ramadhan.

Orang-orang lokal termasuk pejabat dari Sekretariat negara terdekat, pengemudi, pedagang, pelancong dan pejalan kaki berkerumun di masjid berusia berabad-abad tersebut. Berbagai makanan khas ifthar menjadi magnet yang memikat.

Di sana ada oushadha kanji, bubur obat yang unik disiapkan dan disajikan dengan cara ramah lingkungan. The Palayam Juma Masjid pernah dikenal sebagai 'pattalappalli', masjid militer untuk Angkatan Darat Travancore dalam bahasa lokal.

photo
Palayam Juma Masjid.

Menurut pengelola masjid, lebih dari 900-1.200 orang termasuk non-Muslim menikmati 'kanji' lezat dan bergizi ini setiap hari di bulan suci.

Masjid Palayam Juma dibangun untuk Pasukan Travancore Muslim setelah kuil yang didedikasikan untuk Lord Ganapathy dibangun di dekatnya untuk prajurit Hindu. Ia terletak di jantung kota.

Masjid juga menawarkan fasilitas khusus untuk wanita berbuka puasa. Mengutip catatan, Moulavi V P Suhaib, imam Palayam, ia mengatakan masjid ini dibangun pada 1813 dan praktik buka puasa sosial dilakukan satu abad setelahnya.

"Masjid yang sekarang ini hanya sebuah bangunan beratap rumbia ketika dibangun pada 1813, masjid direkonstruksi dan dikembangkan menjadi struktur sekarang pada 1960," katanya dilansir di The New India Express.

Selama beberapa dekade terakhir, Mesjid Palayam telah menjadi pusat ziarah Muslim dan contoh sempurna dari toleransi. Masjid ini memiliki sebuah kuil Hindu di satu sisi dan sebuah gereja Kristen di sisi lain jalan.

Imam mengatakan masjid membuka pintu untuk siapa pun yang ingin mencicipi lezatnya 'nombukanji' selama Ramadhan. Seorang koki berpengalaman menyiapkan kanji di tempat pembakaran kayu dengan peralatan ramah lingkungan.

"Kami menyediakan setidaknya 1.200 piring kanji setiap hari, selain beras dan ghee, lebih dari 20 bahan termasuk kurma, merica, kapulaga, kayu manis, cengkeh, kunyit, fenugreek, ketumbar, bawang putih, adas, jinten, nanas, tomat dan sebagainya membuat kelezatan ini diet sehat," katanya.

Kemudian, makanan disajikan dalam mangkuk dan piring baja. Setelah berbuka puasa menggunakan kurma dan buah-buahan, jamaah kemudian shalat. Makanan disajikan dengan singkong atau gram hijau.

"Kami mematuhi protokol ramah lingkungan sepenuhnya saat buka puasa, kami tidak menggunakan jenis barang plastik sembari menyiapkan dan menyajikan kanji, kami menghindari plastik sepenuhnya dan hanya menggunakan peralatan baja," katanya.

Kanji buka puasa juga tidak akan diberikan bahkan mereka yang datang dengan membawa tas plastik. Menurut para sejarawan, bangsawan Travancore yang memerintah negara kerajaan Travancore (sekarang Kerala), telah membantu pembangunan masjid bagi pasukan tentara mereka.

Terpopuler