Rektor IPB Shalat Tarawih Perdana Bersama Warga IPB

Red: Irwan Kelana

Selasa 22 May 2018 19:00 WIB

Rektor IPB Arif Satria memberikan ceramah singkat sebelum pelaksanaan shalat Tarawih di Masjid Al-Hurriyyah Kampus IPB Dramaga, Bogor. Foto: Dok IPB Rektor IPB Arif Satria memberikan ceramah singkat sebelum pelaksanaan shalat Tarawih di Masjid Al-Hurriyyah Kampus IPB Dramaga, Bogor.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Rabu malam (16/5), Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB), Dr Arif Satria melaksanakan shalat Tarawih di Masjid Al Hurriyyah, Kampus IPB Dramaga, Bogor, Jawa Barat. Ia menunaikan shalat Tarawih  bersama warga IPB, baik mahasiswa,dosen maupun tenaga kependidikan.

Ini shalat Tarawih perdana Arif Satria sejak dilantik sebagai rektor IPB. Ribuan warga IPB melakukan shalat Tarawih berjamaah dengan imam Ustaz Wahid.

Pada malam 1 Ramadhan 1439 H ini, rektor memberikan ceramah singkat sebelum shalat Tarawih dimulai.

“Kita harus banyak menyukuri nikmat yang kita peroleh. Ada tiga aspek nikmat yang patut kita syukuri,  yaitu nikmat fisik, nikmat kemerdekaan dan terakhir nikmat iman,” ujarnya seperti ditulis dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Selasa (22/5).

Pertama, kata Arif, nikmat fisik perlu disyukuri karena dengan nikmat inilah seseorang  bisa melakukan kegiatan-kegiatan positif. “Melakukan inovasi untuk berkarya dan memenuhi tugas kita sebagai khalifah di muka bumi ini yaitu menjaga alam. Kemudian dengan nikmat fisik ini kita menjaga kelestarian lingkungan dan sustainability,” ujarnya.

Umumnya, faktor kerusakan disebabkan oleh sifat serakah manusia yang dominan. “Dengan nikmat fisik ini juga kita harus terus semangat berbagi. Baik dalam segi mikro seperti sedekah, infak  dan zakat maupun dalam segi makro seperti tindakan kolektif dan struktural untuk memberi kesempatan kepada orang lain untuk menjadi pelaku ekonomi yang handal,” tuturnya.

Kedua, nikmat kemerdekaan adalah anugerah yang luar biasa. “Karena fungsi dari kemerdekaan itu sendiri adalah kesempatan untuk memaksimalkan tugas kita sebagai khalifah di bumi. Dan dengan kemerdekaan juga mendorong kita untuk berinovasi demi kemaslahatan umat manusia,” paparnya.

Terakhir adalah mensyukuri nikmat iman. “Karena dengan nikmat iman kita mendapat pedoman untuk hidup di dunia ini. Bulan puasa adalah bulan di mana kita dilatih untuk jujur, dan dapat kita transformasikan ke dalam sebelas bulan yang lain,” katanya.

 

Jika seseorang  dapat mengaplikasikan kejujuran  ke dalam kehidupan sosial, maka akan tercipta masyarakat yang saling percaya atau hightrust society. “Hightrust society merupakan kunci kemajuan bangsa ini,” ujarnya.

Terpopuler