REPUBLIKA.CO.ID, JAMBI -- Kue "perahu" atau biasa disebut pedamaran menjadi salah satu pangan tradisional Jambi yang cocok untuk berbuka puasa. Kue tersebut lembut untuk pencernaan dengan rasanya yang manis.
Salah seorang warga Jambi, Aisah, ditemui di salah satu lokasi penjualan takjil di Kota Jambi, Ahad (20/5), mengatakan kue pedamaran cocok untuk santapan berbuka puasa apalagi kue tersebut banyak dijual di bulan Ramadhan. "Kalau lagi malas di dapur yang enak untuk santapan buka puasa yang kue perahu, rasanya yang manis dan lembut cocok untuk melepas dahaga," katanya.
Menurutnya, kue pedamaran itu dibuat dengan tepung beras, santan kelapa dan gula merah yang dikukus dengan daun pisang. Umumnya di Jambi bentuk cetakan daun pisang lebih mirip perahu, sebab itu di Jambi lebih identik disebut kue perahu. Namun kue ini juga ada di daerah lain di Indonesia.
"Di daerah seberang Kota Jambi khususnya, kue pedamaran disebut kue perahu. Karena bentuk kue yang dikukus di daun pisang itu berbentuk perahu," kata Aisah.
Bagi warga Jambi untuk mendapatkan kue perahu itu sangat mudah, karena rerata di pasar-pasar takjil bahkan lapak-lapak di pinggir jalan dalam bulan Ramadhan banyak yang menjual kue tersebut. Harganya pun cukup bersahabat yakni kisaran Rp 5 ribu hingga Rp 10 ribu untuk satu kue, harga tergantung bentuk unik dan besaran kue tersebut. Kue tersebut memang paling banyak dicari.
Baca juga: Manis Pedas Sate Rembiga Kota Mataram
Selain kue pedamaran, kue-kue khas Jambi lainnya juga banyak dijajakan di pasar takjil yang biasanya dijajakan pedagang musiman atau hanya pada momen bulan puasa saja. Ardi salah satu pedagang es buah dan beraneka ragam kue di pasar Mendalo, Muarojambi, mengatakan berjualan di bulan Ramadhan menjadi berkah tersendiri karena banyak pangan untuk berbuka puasa laris terjual.
Dia mengatakan berjualan menu berbuka puasa dilakoni sejak beberapa tahun lalu, kesehariannya adalah pekerja swasta. Jualan pangan kuliner buka puasa diakuinya adalah pekerjaan musiman.
"Kue-kue yang dijual ada yang dibuat sendiri dan ada yang dibeli kemudian dijual lagi. Jualan hanya di bulan puasa saja," kata Ardi salah satu pedagang kuliner di depan Kampus Unja Mendalo.
Sementara untuk memastikan pangan-pangan yang dijual di bulan puasa terjamin dari sisi kesehatan, maka BPOM Jambi terus melakukan pengawasan ke lapangan. BPOM juga mengingatkan produsen, distributor dan pedagang untuk tidak menggunakan bahan berbahaya dalam pembuatan makanan.
"Untuk pelaku usaha jadilah produsen yang bertanggung jawab dengan tidak menggunakan bahan berbahaya. Dan untuk konsumen jadilah konsumen cerdas," kata Kepala BPOM Jambi, Ujang Suprayitna.