Bubur Koja Khas Ramadhan di Masjid Jami

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Yudha Manggala P Putra

Jumat 18 May 2018 17:31 WIB

Tradisi Ramadhan di masjid Jami' Pekojan, Kelurahan Purwodinatan, Kecamatan Semarang Tengah, Kami (17/5). Selama bulan suci Ramadhan pengurus masjid ini menyiapkan tak kurang 250 mangkuk 'Bubur Koja' sebagai takjil berbuka puasa yang bisa dinikmati cuma cuma. Foto: Republika/Bowo Pribadi Tradisi Ramadhan di masjid Jami' Pekojan, Kelurahan Purwodinatan, Kecamatan Semarang Tengah, Kami (17/5). Selama bulan suci Ramadhan pengurus masjid ini menyiapkan tak kurang 250 mangkuk 'Bubur Koja' sebagai takjil berbuka puasa yang bisa dinikmati cuma cuma.

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG  -- Bulan penuh berkah telah tiba, tradisi berbuka puasa dengan menyantap Bubur Koja atau Bubur India kembali bisa dinikmati warga Kota Semarang, di Masjid Jami Pekojan, Kelurahan Purwodinatan,Kecamatan Semarang Tengah.

Sudah menjadi tradisi selama bulan Ramadhan --masjid yang berada di Jalan Petolongan Nomor 1 ini-- tiap hari menyiapkan takkurang 250 porsi mangkuk Bubur Koja.

photo
Tradisi Ramadhan di masjid Jami' Pekojan, Kelurahan Purwodinatan, Kecamatan Semarang Tengah, Kami (17/5). Selama bulan suci Ramadhan pengurus masjid ini menyiapkan tak kurang 250 mangkuk 'Bubur Koja' sebagai takjil berbuka puasa yang bisa dinikmati cuma cuma.

Siapapun boleh menikmati takjil ini secara gratis untuk berbuka puasa di masjid Jami. Baik warga sekitar masjid maupun para musafir yang tengah menunaikan ibadah puasa.

Kini, tradisi berbuka puasa dengan takjil Bubur Koja masih tetap lestari. Bahkan menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat yang ingin menikmati keunikan kuliner khas Ramadhan di negeri ini.

2,5 Abad

Tradisi Bubur Koja tidak dapat dilepaskan dari sejarah Kota Semarang yang kuat dengan nilai-nilai akulturasi. Apalagi Semarang tempo dulu merupakan kawasan perdagangan yang menjadi tujuan aktivitas multietnis.

Mohammad Annas Salim Harun, pengurus masjid Jami menuturkan, tradisi Bubur Koja ini sudah berlangsung lebih dari 2,5 abad, di lingkungan Pekojan, Semarang.

photo
Tradisi Ramadhan di masjid Jami' Pekojan, Kelurahan Purwodinatan, Kecamatan Semarang Tengah, Kami (17/5). Selama bulan suci Ramadhan pengurus masjid ini menyiapkan tak kurang 250 mangkuk 'Bubur Koja' sebagai takjil berbuka puasa yang bisa dinikmati cuma cuma.

Kawasan Pekojan --yang berdampingan dengan kawasan Pecinan Semarang-- ini merupakan tempat bermukimnya masyarakat etnis keturunan Tamil asal Kathiawar dan Gujarat.

Umumnya, mereka datang ke Semarang sebagai pedagang sekaligus turut mensyiarkan Islam. Pekojan sendiri berasal dari kata Koja, sebuah sebutan yang melekat untuk etnis ini.

Setiap bulan suci Ramadhan, warga Koja yang akan menunaikan shalat maghrib di masjid Jami jamak membawa bekal makanan sekaligus untuk disantap saat berbuka puasa.

Seiring berkembangnya kawasan ini, jamaah  yang akan menunaikan shalat maghrib semakin bertambah, mereka pun mengumpulkanbekal yang dibawa menjadi satu untukdisantap bersama- sama berbuka puasa di masjid ini.

photo
Tradisi Ramadhan di masjid Jami' Pekojan, Kelurahan Purwodinatan, Kecamatan Semarang Tengah, Kami (17/5). Selama bulan suci Ramadhan pengurus masjid ini menyiapkan tak kurang 250 mangkuk 'Bubur Koja' sebagai takjil berbuka puasa yang bisa dinikmati cuma cuma.

Dalam perkembangannya, masjid ini pun semakin dimakmurkan umat, tidak hanya oleh para pedagang keturunan Koja danwarga sekitarnya. Namun juga ada musafir, para pekerja hingga kaum dhuafa.

Agar berbuka puasa ini bisa dinikmati oleh lebih banyak orang, maka para pedagang ini menyisihkan sebagian rejeki maupun bahan pangan untuk dikumpulkan dan diolah menjadi bubur yang disiapkan untuk takjil berbuka puasa.

"Jadi, bubur olahan ini selanjutnyasengaja disiapkan untuk berbuka puasa bagi para jamaah masjid, musyafir hingga kaum dhuafa yang tinggal di sekitar lingkungan Pekojan ini," ungkapnya.

Asal Muasal

Annas menambahkan, olahan bubur nasi yang dipilih karena makanan ini memiliki tekstur yang lebih lembut dan dipercaya sangat bagus bagi lambung, khususnya bagi mereka yang telah seharipenuh berpuasa.

Karena yang membuat merupakan warga etnis Koja, lanjutnya, maka masyarakat Semarang --saat itu-- menyebutnya dengan Bubur Koja atau ada juga yang menyebut dengan Bubur India.

Alasan lainnya, meski bubur merupakan olahan makanan yang sudah lazim bagi warga asli Semarang, namun bubur ini diolah menggunakan resep khas India yang memiliki kekuatan citarasa rempah-rempah.

Seperti jahe, lengkuas, serai, kayu manis dan santan kelapa serta campuran wortel. "Kini resep serta cara pengolahan bubur ini pun masih terus dipertahankan," tambahnya.

photo
Tradisi Ramadhan di masjid Jami' Pekojan, Kelurahan Purwodinatan, Kecamatan Semarang Tengah, Kami (17/5). Selama bulan suci Ramadhan pengurus masjid ini menyiapkan tak kurang 250 mangkuk 'Bubur Koja' sebagai takjil berbuka puasa yang bisa dinikmati cuma cuma

Hal ini diamini Ali, pria paruh baya yang telah puluhan tahun mengolah dan menyiapkan takjil ini. Bubur ini memiliki rasa khas gurih dengan padanan cita rasa rempah- rempah. Takjil ini cukup nikmat jika disantap dengan tambahan sayur.

Saat ini, untuk sajian takjil ini terdiri atas semangkuk bubur berikut sayur pelengkap, segelas susu coklat serta buah semangka dan buah kurma sebagai pencuci mulut.

Khusus untuk sayuran pelengkap, juga dibuat bervariasi, seperti gule kambing, sayur lodeh, sambal goreng, terik tahu atau daging ungkep. "Bahan dan semua kelengkapan takjil ini berasal dari sumbanganpara donatur masjid Jami Pekojan," ujarnya.

Terpopuler