Tradisi Dlugdag, Penanda Dimulainya Puasa Ramadhan

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Agung Sasongko

Kamis 17 May 2018 19:00 WIB

Dlugdag Cirebon Foto: twtrland.com Dlugdag Cirebon

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada Shalat Ashar berjamaah baru saja selesai ditunaikan di Langgar Agung Keraton Kasepuhan Cirebon,Rabu (16/5). Sultan Sepuh XIV, PRA Arief Natadiningrat, didampingi sejumlah wargapun berjalan menuju bedug yang ada di langgar itu. Setelah membaca basmallah dan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW, sultan pun menabuh bedug peninggalan Sunan Gunung Jati tersebut.

Penabuhan bedug yang dilakukan Sultan Sepuh itu menjadi pertanda berakhirnya bulan Syaban dan dimulainya puasa Ramadhan pada keesokan harinya, (Kamis, 17/5). Penabuhan bedug yang berusia ratusan tahun itu dikenal dengan istilah dlugdag.

Tangan Sultan Sepuh pun dengan lincah menabuh bedug tersebut selama sekitar sepuluh menit. Setelah itu, wargi dan kaum Langgar Agung secara bergantian menabuhbedug untuk menggantikan Sultan Sepuh, selama sekitar satu jam. Suara alunanbedug yang bertalu-talu pun menyebar ke penjuru Keraton Kasepuhan,menyelusupkan rasa bahagia dan syukur akan tibanya Ramadhan.

"Tradisi dlugdag sudah berlangsung turun temurun selama ratusan tahun sejak zaman Sunan GunungJati,"kata Sultan Sepuh.

Selain di Langgar Agung Keraton Kasepuhan pada sore hari di awal puasa, tradisi Dlugdag juga dilakukan di Masjid Agung Sang Cipta Rasa, yang juga berada di lingkunganKeraton Kasepuhan. Namun, bedug di masjid itu ditabuh pada malam hari, mulaipukul 24.00 WIB sampai 01.00 WIB.

"Untuk bedug di Mesjid Agung Sang Cipta Rasa, akan ditabuh (setiap malam) selama sebulan penuh pada Ramadhan,"terang Sultan.

Selama sebulan penuh, kaum Masjid Agung Sang Cipta Rasa akan bergantian memukul bedug,selama hampir 1 jam. Suara bedug tersebut dimaksudkan agar masyarakat bersiap untuk makan sahur.

photo
Infografis Ramadhan

Selain itu, tradisi dlugdag juga akan dilakukan pada hari terakhir bulan suci Ramadhan,atau sore hari menjelang hari raya Idul Fitri. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengingatkan umat Islam akan kewajiban membayar zakat.

Sultan Sepuh menyatakan, saat zaman para Wali Sanga, ketika belum ada teknologi pengeras suara, maka bedug menjadi andalan untuk memberikan pengumuman kepada warga,termasuk pengumuman datangnya Ramadhan. Meski kini zaman sudah berganti dan teknologi semakin canggih, namun tradisi dlugdag akan terus dilestarikan di Keraton Kasepuhan Cirebon.

"Tradisi dlugdag juga menjadi bukti akulturasi Islam dengan budaya lokal, sekaligusbukti betapa Islam di Indonesia sangat membaur dengan budaya setempat," tutur Sultan Sepuh.

Dalam kesempatanitu, Sultan Sepuh pun mengajak umat Islam untuk memperbanyak ibadah selamabulan suci Ramadhan. Dia juga mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk selalumenjaga persatuan dan kesatuan bangsa.

Terpopuler