REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kamis (17/5) hari ini, sekitar 1,8 juta umat Muslim di seluruh dunia mulai melaksanakan ibadah puasa. Pada bulan yang suci ini, banyak sekali tradisi-tradisi unik dan menarik yang diselenggarakan umat Muslim untuk menyambut Ramadhan.
Tradisi-tradisi itu, ternyata tidak hanya ada di umat muslim di Indonesia. Tradisi-tradisi khas selama bulan puasa, juga ada di berbagai belahan dunia yang dilakukan oleh Muslim di negaranya masing-masing. Berikut tradisi-tradisi umat Muslim di dunia dalam menyambut bulan Ramadhan.
Maroko
Selama bulan Ramadan, di Maroko terdapat seorang nafar. Nafar merupakan seorang sukarelawan yang tugasnya adalah berjalan di jalanan sambil memainkan alat khusus, seperti terompet. Atau memanggil orang dengan nama keluarga mereka, untuk membangunkan mereka makan sahur.
Dilansir dari moroccoworldnews.com, seorang nafar biasanya dipilih dari komunitas lokal. Dia biasanya dikenal oleh semua orang di lingkungannya.
Pria memainkan Nafar, alat musik khas yang kerap dipakai di Marocco untuk membangukan warga melaksanakan sahur di bulan Ramadhan.
Dubai
Dilansir dari gulfnews.com, tradisi penembakan meriam merupakan sebuah tradisi saat Ramadhan di Dubai. Penembakan meriam adalah tradisi lama yang diyakini berasal dari Mesir untuk mengumumkan waktu berbuka puasa dan akhir hari puasa. Tradisi ini juga diselenggarakan di sebagian besar negara-negara Arab.
Untuk tahun ini meriam ditempatkan di enam wilayah di seluruh Kota Dubai. Setiap meriam akan ditembakkan sekali setiap hari untuk mengumumkan berbuka puasa dan dua kali berturut-turut untuk mengumumkan Idul Fitri.
Meriam telah menjadi salah satu simbol lokal Ramadan. Prusahaan wisata menambahkan mereka sebagai bagian dari objek wisata di kota Dubai.
Irak
Di Irak, terdapat sebuah tradisi yaitu memainkan permainan tradisional yang dikenal dengan mheibes. Permainan ini melibatkan dua kelompok sekitar 40 hingga 250 pemain.
Mheibes merupakan sebuah permainan tipuan. Mheibes dimulai dengan pemimpin tim memegang sebuah cincin dengan tangannya terbungkus selimut. Para pemain lain harus duduk dengan mengepalkan tangan erat-erat di pangkuan mereka, ketika pemimpin menyerahkan cincin itu kepada salah satu pemain lain secara rahasia. Dalam pertukaran yang tegang, lawan-lawan mereka harus menentukan mana dari lusinan pria yang menyembunyikan cincin itu melalui bahasa tubuh saja.
Dilansir dari theculturetrip.com, meskipun asal-usul dari permainan tersebut tidak diketahui, permainan ini memiliki nilai budaya dan sejarah yang mendalam. Meskipun permainan yang disponsori negara ini dihentikan selama perang dan ditakuti hilang, mheibes telah kembali dalam beberapa tahun terakhir, ketika anggota masyarakat terus meneruskan tradisi.
Mesir
Tradisi yang paling sering dijumpai di Mesir saat Ramadhan adalah munculnya lentera-lentera Ramadhan, atau yang juga dikenal dengan fanoos. Dilansir dari egyptianstreets.com, legenda mengatakan bahwa pada hari kelima Ramadhan di tahun 358 H (969 M), Fatimiyah Khalifah Muezz El-Din El-Allah memasuki Kairo untuk pertama kalinya.
Dia tiba setelah senja, dan penduduk muncul secara massal dengan lentera untuk menyambutnya dan merayakan kedatangannya. Sejak hari itu, fanoos telah menjadi salah satu simbol besar Ramadhan untuk orang Mesir.
Fanoos tersedia dalam berbagai ukuran dan warna yang berbeda. Fanoos digantung di dinding toko-toko kecil hingga toko-toko besar. Fanoos juga digunakan sebagai dekorasi di rumah warga, dan bahkan anak-anak kecil sering memainkannya dan menyanyikan lagu-lagu khas Ramadan.
Pedagang fanoos di pasar Mesir menjelang Ramadhan
India
Bagi masyarakat India yang khususnya tinggal di Delhi – baik itu seorang Muslim atau tidak – mengetahui bahwa hanya ada satu tempat di malam Ramadhan yang wajib didatangi: gang dan jalan-jalan Old Delhi. Di mana masyarakat berbuka puasa dengan piknik di teras masjid terbesar di India yang bernama Masjid Jama.
Dilansir dari www.thenational.ae masjid ini berusia hampir 400 tahun. Masjid itu bisa menampung 25 ribu orang. Ketika Ramadhan jatuh pada musim panas, ubin-ubin halamannya yang luas dan terbuka tetap hangat hingga larut malam.
Di halaman-halaman masjid, ratusan Muslim berkumpul setiap malam untuk berbuka puasa. Apabila Ramadhan jatuh di musim dingin, mereka meletakkan kain-kain di batu-batu ubin untuk duduk dan makan hidangan berbuka puasa yang disiapkan di rumah.