REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Umat Islam Indonesia akan melaksanakan ibadah puasa bulan Ramadhan 1439 H/2018 M secara serentak pada Kamis (17/5). Pada hari pertama Ramadhan ini, sejumlah tokoh ormas Islam di Indonesia mengimbau agar umat memperbanyak ibadah, baik ibadah mahdhah maupun ibadah sosial (ibadah ghairu mahdhah).
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Muhammad Sulton Fatoni mengatakan, Rasulullah SAW telah menganjurkan agar pada bulan suci Ramadhan ini umat Islam memperbanyak ibadah. "Pesan di Ramadhan ini, sebagaimana anjuran Rasulullah hendaknya masyarakat memperbanyak ibadah, meningkatkan kuantitas ibadah di luar kewajiban Ramadhan (puasa)," ujar Sulton, Rabu (16/5).
Selama sebulan penuh umat Islam hendaknya melakukan tadarusan, yaitu dengan memperbanyak membaca Alquran. Selain itu, umat Islam disarankan memperbanyak sedekah, memperbanyak zikir, dan melakukan shalat malam.
Di samping memperbanyak ibadah, lanjut dia, umat juga harus menjaga tutur kata, menjaga emosi, dan menahan diri dari godaan-godaan ibadah puasa lainnya. "Itu proses peningkatan kuantitas yang diharapkan bisa memberikan bekas atau output positif untuk pribadi Muslim pasca-Ramadhan," ucapnya.
Sementara itu, dalam konteks kebangsaan, menurut dia, umat juga harus meningkatkan ibadah sosial pada bulan suci Ramadhan serta meningkatkan rasa kepedulian dan keberpihakan terhadap rakyat kecil. "Yang paling penting di di situ, meningkatkan rasa keberpihakan dan kepedulian terhadap orang yang membutuhkan di sekeliling kita," katanya.
Hal senada juga disampaikan Ketua PP Muhammadiyah Anwar Abbas. Menurut dia, bulan Ramadhan merupakan momentum bagi umat Islam untuk melakukan ibadah dengan penuh keimanan dan ketakwaan. "Ini kan momentum ini, tidak ada bulan seperti ini. Karena hidup kita tidak hanya di dunia, tapi juga di akhirat," ujar Abbas saat dihubungi lebih lanjut.
Dia menuturkan, bulan suci ini merupakan peluang besar bagi umat Islam agar sadar sebagai makhluk yang mempunyai banyak kelemahan. Namun, pada bulan Ramadhan ini, Allah telah berjanji mengampuni dosa hamba-Nya yang melakukan ibadah dengan ikhlas.
"Tuhan menjanjikan barang siapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan keikhlasan, diampunilah dosanya yang terdahulu," katanya.
Selain persoalan ibadah, Abbas juga menyoroti gaya hidup umat Islam ketika Ramadhan datang. Menurut dia, pada bulan Ramadhan biasanya tingkat konsumsi umat Islam naik sehingga harga kebutuhan pokok juga turut naik.
Karena itu, dia mengimbau agar umat Islam tidak berlebihan dalam mengonsumsi makanan pada bulan puasa. "Imbauannya kita ini oleh Nabi dilarang berlebih-lebihan, termasuk dalam makan dan minum. Kita mengimbau agar supaya prinsip makan dan minum yang sehat yang diajarkan Nabi hendaknya menjadi perhatian bagi umat dalam melaksanakan ibadah puasa," katanya.
Sementara itu, Wakil Ketua MUI pusat Yunahar Ilyas mengimbau agar umat mempersiapkan diri untuk melaksanakan ibadah puasa sebulan penuh, baik secara ruhiyah maupun moril. Menurut dia, bulan Ramadhan harus selalu disambut dengan kegembiraan.
"Sambutlah bulan Ramadhan ini dengan penuh kegembiraan. Siapkan diri untuk melaksanakan ibadah puasa, seperti shalat malam atau shalat Tarawih, membaca Alquran, zikir, doa, perbanyak sedekah," ucapnya.
Selain itu, menurut dia, selama melaksanakan puasa dalam bulan Ramadhan ini, hendaknya umat Islam juga saling menghormati. Walaupun ada perbedaan-perbedaan kecil, tidak harus dijadikan persoalan. "Dan saling menghormati. Tidak mempersoalkan perbedaan-pebedaan," kata Yunahar.
Dihubungi secara terpisah, Ketua Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) Albertus Patty mengucapkan selamat kepada umat Islam yang akan menjalani ibadah puasa. Menurut dia, puasa hendaknya juga menjadi latihan bagi umat agama lain.
Menurut dia, satu pesan berpuasa ini adalah untuk bisa mengontrol diri dan untuk mengatakan tidak pada egoisme. "Karena itu, apa yang dilakukan teman-teman umat Islam ini merupakan sesuatu yang seharusnya bahkan dilakukan oleh umat beragama lain, termasuk Kristen ya. Kemampuan untuk belajar dan menahan diri dari segala hal," kata Albertus.
Menjelang Ramadhan tahun ini, masyarakat Indonesia sempat dikagetkan dengan adanya aksi terorisme. Karena itu, menurut Albertus, pada bulan Ramadhan ini masyarakat hendaknya mengurangi kemarahan.
"Jadi, kita harus saling memaafkan dan kita juga mengurangi kemarahan dan kebencian di bumi Indonesia. Biarkanlah kita jadi saudara bersama, apa pun agamanya dan etnisnya," katanya.