Puasa Hindarkan Seseorang dari Psikosomatik, Ini Alasannya

Rep: Desy Susilawati/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah

Selasa 15 May 2018 08:44 WIB

Perbanyak ibadah di bulan puasa, ilustrasi Foto: Pandega/Republika Perbanyak ibadah di bulan puasa, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian masyarakat mungkin belum mengenal penyakit Psikosomatik. Padahal penyakit ini sangat berhubungan bahkan pemicu sakit lainnya dalam tubuh kita.

Dokter Spesialis Penyakit Dalam, dr Ari Fahrial Syam, SpPD menyatakan berbagai macam sakit fisik terjadi karena jiwa yang terganggu. Pengendalian diri lewat puasa pun diyakini bisa menghindarkan kita dari Psikosomatik

"Pasien yang cemas cenderung asam lambungnya tinggi, dan akhirnya maagnya dapat terganggu," ujar dia .

Pria yang menjabat sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) menambahkan pasien dengan hipertensi TD akan naik jika emosinya terganggu. Pasien Asma bisa kambuh karena sedang dalam keadaan stress. Jantung berdebar-debar, tangan berkeringat, pegal-pegal ditengkuk bisa berhubugan dengan faktor psikis.

"Dengan pengendalian diri selama berpuasa diharapkan faktor psikis yang bisa mengganggu fisik tersebut tidak muncul," ujarnya.

Akhirnya dengan berpuasa kita dapat mengurangi makan, hidup lebih teratur dan pengendalian diri. Selesai puasa nanti seharusnya ketiga hal tersebut dapat diteruskan dalam kehidupan sendiri, makan tidak boleh berlebihan, makan sesuai kebutuhan, karena jika makan berlebihan maka makanan tersebut akan ditimbun dalam tubuh kita dalam bentuk lemak, di hati (fatty liver), di kandung empedu (Batu KE), di pembuluh darah jantung maupun pembuluh darah otak.

Keteraturan yang telah terbina selama puasa seharusnya juga dapat diteruskan pasca puasa lebaran. Hidup selalu berpikir positif dan pengendalian diri seharusnya juga dapat dipertahankan setelah lebaran nanti. Mudah-mudahan dengan mempertahankan apa yang telah kita raih selama Ramadhan nanti sampai terus setelah lebaran, kita dapat selalu sehat.

Terpopuler