REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masyarakat Muslim di Prancis juga banyak menghabiskan waktu 10 hari terakhir mereka dengan beriktikaf untuk meraih malam penuh kemuliaan atau lailatul qadar. Banyak masjid membuat jadwal untuk membantu kumpulan jamaah berdoa dengan khusyuk sehingga terbebas dari godaan duniawi pada perburuan malam seribu bulan itu.
Sebuah masjid menyediakan tiga aula untuk dipakai iktikaf. ''Kami merayakan 10 hari terakhir Ramadhan dengan berbagai aktivitas, salah satunya adalah iktikaf,'' kata Hassen Chalghoumi, imam Masjid Drancy, masjid yang terletak di luar Paris.
Iktikaf adalah ibadah sunah dengan cara berdiam diri di masjid. Kegiatan ini selalu dilakukan Nabi Muhammad SAW pada 10 hari terakhir Ramadhan. Kegiatan iktikaf di antaranya adalah berdoa, membaca Alquran, dan berzikir.
''Puluhan Muslim berbondong-bondong datang ke masjid setiap hari sebelum Subuh untuk melaksanakan shalat tahajud,'' ungkap Abdel-Qadir al-Wanisy, pengurus Masjid Al-Zaitouna yang terletak di sebelah timur Prancis kepada IslamOnline.
Sejumlah Muslim memulai kegiatan iktikaf terlebih dahulu ketimbang lainnya yang baru datang setelah tengah malam. ''Banyak juga yang melakukannya hanya pada akhir pekan karena kesibukan mereka,'' ujar Mustafa Bakaran, imam Masjid Al-Fateh, Paris.
Sementara itu, pada tiga hari terakhir Ramadhan, para Muslim biasanya akan memulai menyalurkan zakat fitrah. ''Kami memberikan zakat Fitrah untuk menolong orang-orang miskin supaya bisa merayakan Hari Raya Idul Fitri,'' kata Kamal Al-Zen, direktur Muslim Hands Charity, Paris.
Idul Fitri dimaknai sebagai hari berakhirnya puasa. Hari tersebut juga merupakan satu dari dua hari raya yang dimiliki Islam, di samping Idul Adha. Setelah menjalankan shalat Id, sebagai tanda dimulainya hari raya tersebut, acara biasanya dilanjutkan dengan kegiatan silaturahim dan bersenang-senang.
Mereka saling mengunjungi, bermaaf-maafan, dan bertukar doa. Umat Islam di Bernua Eropa itu juga akan mengajak anak-anaknya, biasanya dengan pakaian-pakaian baru, menikmati jalan-jalan ke taman maupun ruang terbuka lainnya.
Muslim Prancis juga tidak melupakan ikatan persaudaraan dengan sesama Muslim dari negara lain. ''Kami menggalang dana untuk membeli pakaian-pakaian baru dan mainan-mainan untuk anak-anak dan orang-orang yang menderita trauma baik di Palestina, Afghanistan, maupun negara-negara Afrika lain,'' ujar Al-Zen.
Muslim Prancis juga memiliki program untuk membantu para keluarga yang hidupnya kekurangan supaya mereka bisa memiliki pekerjaan sendiri. ''Kami lebih memilih untuk membuat program supaya orang-orang miskin tersebut bisa mandiri, ketimbang memberi mereka sedekah,'' katanya.
Sebagai contoh, para petani diberi alat-alat bercocok tanam, kemudian sapi untuk memenuhi kebutuhan susu dan telur mereka, dan ayam untuk memenuhi kebutuhan telur dan daging.