Pasar Sore Ramadhan Nitikan Angkat Tema Yogya Tempo Doeloe

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Agung Sasongko

Ahad 13 May 2018 15:21 WIB

Pembukaan Pasar Sore Ramadhan Nitikan di depan Masjid Muthohirin, Kelurahan Sorosutan, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Ahad (13/5). Foto: Republika/Wahyu Suryana Pembukaan Pasar Sore Ramadhan Nitikan di depan Masjid Muthohirin, Kelurahan Sorosutan, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Ahad (13/5).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Menyambut bulan suci Ramadhan 1439 Hijriah, Pimpinan Ranting Muhammadiyah Nitikan dan Takmir Masjid Muthohirin kembali menghadirkan Pasar Sore Ramadhan. Gelaran yang telah berlangsung 10 tahun terakhir ini mengangkat tema Jogja Tempo Doeloe.

Tahun ini, Pasar Sore Ramadhan disajikan dengan kemasan lebih spesial dengan pembukaan yang dilaksanakan H-4. Selain itu, kegiatan yang mengambil lokasi di sepanjang jalan Sorogonen Nitikan ini lebih panjang dua kilometer dari tahun lalu.

Deretan pasar sore akan terhampar dari timur RSUD Jogja sampai depan Jogja Fish Market yang ada di Jalan Tegal Turi. Penambahan panjang lantaran tingginya animo masyarakat baik dari masyarakat dalam dan luar Nitikan yang ingin berpartisipasi.

Ketua Penyelenggara Pasar Sore, Edi Sustrisno menjelaskan, paket kegiatan yang sudah disiapkan panitia meliputi Pengajian Songsong Ramadhan. Kegiatan sudah dilaksanakan pada 10 Mei 2018 lalu bersama Prof Amin Rais.

Ada pula Grebek Takjil dan Pawai Budaya dengan dimeriahkan marching band dari Akademi Angkatan Udara (AAU) Yogyakarta. Secara resmi, Pasar Sore Ramadhan dibuka langsung Wakil Wali Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi, Ahad (13/5).

Pasar Sore Ramadhan akan berlangsung selama satu bulan penuh atau 17 Mei-13 Juni 2018 setiap sore ba'ad Ashar, dimeriahkan panggung hiburan dan pementasan yang berpusat di depan Masjid Muthohirin.

Selain itu, ada Pengajian Takjil yang akan digelar menjelang buka puasa, lalu kegiatan Ramadhan lain seperti shalat tarawih dan tadarus. Ada pula Pengajian Nuzulul Quran pada 2 Juni 2018 yang rencananya dihadiri Emha Ainun Najib.

Pada 10 malam terakhir, akan berlangsung itikaf, serta takbir keliling 1.000 oncor atau obor pada 14 Juni 2018 mendatang memperebutkan Piala Wali Kota. Terakhir, hari yang sama ada Swalayan Warga Nitikan bertempat di komplek Masjid Sulthonaian Nitikan.

"Tahun ini dibuat di luar bulan Ramadhan agar semua kaum bisa turut serta, pedagang ada sekitar 190. Kita bekerja sama kulinernya dengan Balai POM Kota Yogyakarta," kata Edi kepada Republika.co.id, Ahad (13/5).

Edi menambahkan, gunungan Grebek Takjil yang membuka Pasar Sore Ramadhan sudah menjadi ikon tempo dulu. Isinya merupakan nasi kucing yang sangat lekat dengan tradisi Kota Yogyakarta.

Tahun ini, ia berharap gelaran Pasar Sore Ramadhan bisa menjadi pasar kuliner ke depan. Artinya, kegiatan ini ke depan tidak akan diadakan di bulan Ramadhan saja, melainkan di hari-hari istimewa lainnya.

"Salah satunya nanti di Tahun Baru Islam, akan kita buat yang seperti ini mulai tahun depan," ujar Edi.

Dalam sambutannya, Wakil Wali Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi menekankan, Nitikan merupakan salah satu kampung yang memiliki inisiatif luar biasa. Ia mengapresiasi atas kreativitas yang membuat Pasar Sore Ramadhan tetap eksis.

Terlebih, Pasar Sore Ramadhan tetap eksis dengan mengangkat nuansa zaman dulu, yang justru jadi keunikan tersendiri. Ia melihat, ini jadi usaha baik menarik orang-orang singgah ke Nitikan melalui Pasar Sore Ramadhan.

"Semoga ini menjadi tempat untuk tumbuhnya ekonomi kemasyarakatan yang berbasis kepada industri rumah tangga, sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat," kata Heroe.

Selain itu, ia berharap Pasar Sore Ramadhan menjadi daya tarik lain orang-orang untuk datang dan berswafoto dengan suasana zaman dulu yang ditawarkan. Sehingga, membuat Nitikan menjadi kampung yang terkenal.

Heroe berpendapat, terkenalnya Nitikan akan mendorong tumbuhnya ekonomi yang ada. Sekaigus, mendorong adanya rasa persamaan, persaudaraan, kegotong royongan dan rukun guyub yang ada di masyarakat Kota Yogyakarta.

Terpopuler