REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berpuasa memiliki manfaat kesehatan yang diakui pula oleh studi Barat. Menahan lapar dan haus memberi kesempatan pada organ pencernaan beristirahat dan mendetoksifikasi tubuh.
Lapar mata ketika batal puasa namun acapkali membuat semua makanan dan minuman ingin dilahap. Bukannya meraih manfaat baik, justru keluhan kesehatan muncul. Mulai dari maag, sakit tenggorokan, pusing, diare, hingga sembelit.
Agar tidak terganggu dengan masalah kesehatan sebaiknya hindari beberapa makanan.
Gorengan
Tak jarang menu berbuka andalan adalah gorengan. Mulai dari bakwan, tahu tempe goreng, molen, pisang goreng, selalu ada di piring saat berbuka puasa. Makanan yang digoreng tidak baik bagi tubuh.
“Saat kita menggoreng makanan, lemaknya akan berubah menjadi lemak trans. Minyak zaitun pun sama,” jelas dr Jovita Amelia, M. Sc, Sp.GK spesialis gizi klinik, di sela acara 'Puasa Sehat Bersama Halodoc'. Disarankan untuk mengkonsumsi buah dan sayur sebagai pengganti berbuka puasa.
Kafein
Kafein dikonsumsi untuk menghindari kantuk. Tak jarang saat akan sahur untuk menghindari kantuk secangkir kopi diminum.
Konsumsi kafein di saat sahur ternyata kurang baik ketika siang hari di bulan puasa. Sebaiknya jika ingin kopi, lakukan setelah makan besar saat berbuka.
“Hindari kafein dan minuman berkarbonasi karena dapat meningkatkan asam lambung. Kafein bisa diminum saat buka puasa tapi setelah perut terisi, tapi dengan jumlah yang sedikit,” tutur dr Jovita. Dianjurkan untuk mengganti kopi dengan susu saat sahur.
Makanan dan minuman manis
Anjuran berbuka dengan yang manis kerap disalahartikan dengan kolak, es cendol, atau sirup untuk berbuka. Ternyata makanan manis tersebut mengandung karbohidrat simpel yang sangat cepat diserap oleh tubuh, namun efeknya meningkatkan kadar gula dalam darah.
Ketika kadar gula melesat, tubuh menjadi lemas seperti mengantuk. “Makanan seperti roti putih, cokelat, donat, minuman kemasan manis, masuk kategori karbohidrat simpel sebaiknya dihindari. Ganti dengan karbohidrat kompleks yang lebih sehat,” tambah dr Jovita.