REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ramadhan 1439 Hijriyah sebentar lagi tiba. Bagi umat Islam, Ramadhan merupakan bulan yang ditunggu-tunggu. Setiap Muslim diwajibkan berpuasa sebulan penuh dan memaksimalkan hari-harinya dengan ibadah.
Meski demikian, Ramadhan bukan membuat Muslim bermalas-malasan. Puasa bukan menjadi alasan untuk Muslim berhenti bekerja dan berkarya.
Wartawan Republika, Rahmat Fajar mewawancarai Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Yunahar Ilyas, Rabu (2/5) tentang persiapan Ramadhan agar lebih produktif. Berikut petikan wawancaranya:
Bagaimana agar saat puasa, umat Islam tetap produktif tanpa mengurangi ibadah?
Yang harus dilakukan yang pertama niat yang kuat. Orang kalau sudah berniat untuk berpuasa insya Allah kuat. Kedua, jangan mengubah jam kerja siang. Jadi, kalau diubah nanti jadi lemas. Misalkan, bagi-bagi tidur sampai jam 9, tidur sebentar gak apa-apa. Kalau mengubah jam tidur begitu, akan lemas bekerja.
Jadi, tetap biasa saja kalau kegiatan-kegiatan rutin biasa, mung kin porsinya dikurangi sedikit, tapi jam tidurnya tidak usah diubah. Kalau diubah jam tidur, nanti jadi puasa kalong. Kalau bangun, nggakbisa tidur siangnya. Kalau di Arab, musim panas gitu. Kalau puasa jatuh di musim panas di Arab itu malam tidak pernah tidur, tapi habis Subuh tidur sampai Zhuhur. Habis Zhuhur tidur lagi sampai Ashar. Kalau kita di Indonesia kan tidak musim panas, musimnya tidak berat masih tetap 12 sampai 13 jam. Jadi insya Allah kuat.
Ada beberapa Muslim ke tika Ramadhan sampai berhenti bekerja. Penilaian anda?
Itu terserah dia kalau memang dia punya pekerjaan yang bisa diatur sendiri boleh saja, nggak masalah. tapi kalau secara umum tidak perlu. Rasulullah SAW malah perang pada bulan puasa. Perang Badar itu terjadi pada bulan Rama dhan. Kecuali, misalkan negara-negara yang mu sim panas sangat tinggi itu memang tidak puasa, bulan apa pun kalau musim panas di liburkan. Jadi, kalau Arab Saudi saat musim pa nas pada bulan ramadhan jatuh pada musim pa nas, ya libur (pekerjaan). Kalau tidak musim pa nas, ya tetap masuk saja. Jadi, liburnya bukan ka rena Ramadhannya, tapi kalau ada pribadi su dah niat dan mengatur irama kerjanya Rama dhan bisa cuti, mau fullibadah bagus nggakapa-apa.
Pekerjaan bisa menghambat orang berpuasa?
Biasa saja, puasa dan bekerja nggakmeng- halangi. Jadi, kalau ada orang puasa terus beker ja, bekerja tetap puasa enggakada masalah. Ting gal di kebiasaan pribadi saja disesuaikan.
Bagaimana ulama terdahulu me la ku kan persiapan dalam menyambut Ramadhan?
Jadi, yang lebih utama, mereka itu dulu persiap an ruhiyah saja. Jadi, per tama menyambut de ngan gembira, pe nuh harap kedatangan bulan Ra madhan, bulan suci, bulan Alquran, penuh am punan, bulan penuh ibadah lebih intensif jadi per siapan ruhiyah saja yang penting. Kalau persiap an-persiapan yang lain nggak ada, biasa saja. Ka lau kita, di sini sudah banyak budaya yang kita hi dupkan di bulan Ramadhan. Artinya, perlu ada per siapan-persiapan, kepani- tiaan-ke panitia an, pa nitia tarawih, panitia tadarus, pengajian-pe ngaji an. Kalau zaman dahulu kan nggakada. Iba dahnya lebih banyak indi- vidual.