Memaksimalkan Energi di Bulan Suci

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Agung Sasongko

Jumat 04 May 2018 19:28 WIB

Ramadhan Foto: IST Ramadhan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pakar Alquran dan hadis, Prof Ahsin Sakho, menjelaskan, awal mula diwajibkannya ibadah puasa Ramadhan terjadi pada tahun kedua Hijriyah. Ketika itu, Allah memerintahkan Nabi Muhammad untuk menyerukan pengikutnya berpuasa di bulan Ramadhan. Sebelumnya, orang Bani Quraish terbiasa berpuasa pada 10 Muharram atau biasa disebut bulan Sura'.

 

Kebiasaan ini bermula dari perintah nabi saat hijrah ke Madinah. Ketika itu, Nabi SAW hijrah ke Madinah. Di sana, Nabi ber tanya alasan berpuasanya kaum Yahudi. Mereka menjawab bah wa puasa pada 10 Muharram adalah bentuk perayaan peringatan selamatnya Nabi Musa dan Nabi Israil dari kejaran Raja Firaun. Sepulangnya Nabi dari Madinah, beliau pun memerintahkan pengikutnya untuk berpuasa pada 10 Muharram.

 

“Saat awal ditetapkan, ada keringanan bagi orang yang tidak mampu berpuasa, tapi setelahnya seluruh Muslimin diwajibkan berpuasa dan jika berhalangan, maka mereka harus mengganti pua sa mereka, kata Rektor IIQ tersebut saat dihubungi Republika.co.id, belum lama ini.

 

Meski tidak direncanakan, Na bi SAW melakoni Perang Badar saat bulan suci ini. Perang ter sebut terjadi sebagai bentuk perlindungan kepada hak umat Islam di Makkah dari kaum musy rikin yang datang dari Syam. Saat itu pedagang musyrikin Syam tersebut tiba di Makkah.

Rasulullah melihat banyak kaum Muslim yang meninggalkan harta mereka dan langsung diambil alih oleh musyrikin. Maka, untuk bisa mengatasinya adalah dengan mengadang kaum musyrikin tersebut, lalu terjadilah Perang Badar, kata dia.

Namun, jika melihat hikmah dari perang tersebut, dapat dik tahui bahwa saat berpuasa, seorang hamba akan lebih dekat dengan Allah SWT. Dia juga akan memberikan energi di atas energi hamba-Nya agar lebih maksimal dapat menghasilkan sesuatu yang signifikan, baik urusan dunia mau pun akhirat. Selain itu, melalui perang ini, Nabi mengajarkan agar terus menjaga semangat dan kegigihan bekerja meski tengah berpuasa.

Sebenarnya orang bisa menjadikan amalan dunia menjadi amalan ukhrawi, misalnya, orang yang bekerja tapi berniat sebagai ibadah dalam rangka mencari rezeki yang halal atau untuk kelu- arganya maka pekerjaan itu akan memiliki nilai ibadah, ujar Ahsin.

Maka, orang yang sedang berpuasa hendaklah menjadikan energi yang dimiliki sebagai modal untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain, kata dia.

Mengingat waktu yang semakin dekat, maka bentuk persiapan yang dapat dilakukan adalah memupukkan rasa ikhlas saat bekerja sehingga segala hal akan terasa lebih mudah. Selain itu, disa rankan untuk menjaga istirahat yang cukup serta pola makan yang sehat.

Ahsin juga menyarankan agar umat Islam tidak memforsir diri untuk memhabiskan seluruh ma lam untuk qiyamul lail. Menjaga agar lambung tidak terlalu penuh saat berbuka atau sahur juga diperlukan agar mampu meredam timbulnya rasa lemas dan kantuk.

Orang yang produktif perlu kesegaran tubuh makanya saat Ramadhan ambillah istirahat yang cukup sehingga tidak sering merasa lelah. Makan juga jangan terlalu kenyang karena bisa bikin ngantukjadi makanannya juga harus dijaga, kata dia.

Kalau hari pertama memang mungkin agak berat, tapi setelah itu pasti akan terbiasa, seolah mengganti saja biasanya malam kita berpuasa maka saat ramad- han diganti menjadi siangnya kita puasa dan malamnya kita makan, ujar Ahsin

Terpopuler