Ramadhan Spesial di Pusat Pemerintahan Negeri Tiongkok

Red: Maman Sudiaman

Selasa 27 Jun 2017 17:11 WIB

Sejumlah jamaah di aula KBRI Beijing Foto: dok pribadi Sejumlah jamaah di aula KBRI Beijing

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Alvian Bastian *

Waktu menunjukkan pukul 02.00 dinihari. Inilah waktunya bagi anak-anak Ibu Pertiwi Indonesia yang sedang menimba ilmu di Pusat Pemerintahan Negeri Tiongkok untuk mempersiapkan makanan sahurnya.

Beberapa dari mereka selepas sholat tarawih memilih untuk tidak tidur agar supaya tidak terlewat makan sahur. Sebagian dari mereka memasak dan menghangatkan makanan untuk sahur yang kami beli di kantin muslim yang berada di dalam kampus, dan lainnya membangunkan temannya yang tertidur.

Bagi kami anak-anak perantauan, Ramadhan kali ini begitu spesial. Ramadhan di Negeri dimana kami kaum Muslimin menjadi minoritas, jauh dari keluarga, tidak ada hingar-bingar dan seremonial menyambut Ramadhan, tidak terdengar muadzin yang mengumandangkan adzan dan tidak terdengar Remaja Masjid membangunkan kami di waktu sahur. Panduan kami berpuasa disini dari aplikasi handphone atau jadwal imsakiyah Ramadhan yang bisa kita dapatkan di masjid.

Berpuasa di Beijing berlangsung kurang lebih 16,5 jam, dimulai sahur di waktu 3 dinihari, dan berbuka puasa sekitar pukul 19.30 waktu setempat. Ramadhan pun berlangsung di musim panas di saat suhu bisa mencapai 37 derajat celsius. Walaupun suhu cukup panas, tetapi Beijing kerap turun hujan. Hal itulah yang menjadikan Ramadhan kali ini begitu spesial bagi kami.

Di Ramadhan kali ini, sebagian dari kami melangsungkan ujian thesis dan bertepatan dengan ujian akhir semester. Penulis sendiri di tahun pertama ini harus mengerjakan ujian akhir semester di bulan Ramadhan, bahkan beberapa di antaranya berlangsung di malam hari. Sehingga selama ujian, penulis mencuri-curi waktu untuk berbuka dengan teh hangat yang telah dipersiapkan dari asrama. Ramadhan kali ini memang penuh perjuangan.

Untuk kegiatan Ramadhan masyarakat Muslim Tiongkok berpusat di masjid. Tiongkok merupakan rumah bagi 23 juta penduduk muslim dan ada 23 ribu masjid. Kegiatan keagamaan seperti mengaji, sholat, dan menyiapkan makanan untuk berbuka dilakukan di Masjid. Pagi dan siang harinya mereka tetap bekerja, sore harinya mempersiapkan makanan untuk berbuka, dan malam harinya mengerjakan shalat tarawih. Penulis sempat merasakan berbuka puasa dengan masyarakat Muslim Tiongkok di Masjid Haidan.

Masjid Haidan sendiri terletak tidak jauh dari asrama kami, hanya dibutuhkan waktu 15 menit dengan bersepeda atau sekitar 10 menit dengan naik bus. Pada pukul 3 sore, mereka mempersiapkan makanan untuk berbuka bagi para jamaah masjid. Jamaah tidak hanya dari Muslim Tiongkok tetapi banyak juga dari para pendatang seperti Pakistan, Bangladesh, Mesir, Sudan, Algeria, Malaysia, Indonesia, dan sebagainya. Pada pukul 19.30-an, Imam Masjid kemudian berdiri setelah memberikan pengarahan dalam Bahasa Mandarin, dilanjutkan dengan membaca doa sebelum berbuka. Kamipun membaca doa dan berbuka puasa dengan takjil yang disediakan seperti teh hangat, kurma, kue kering, dan buah semangka.

Usai shalat Maghrib, panitia masjid menyiapkan hidangan makanan berat seperti nasi, sop tomat, dan telur, serta kari ayam. Setelah makan, kami bahu-membahu membersihkan bekas makanan kami, melipat meja dan mengangkat kursi, dan menyapu halaman masjid. Sebagian dari kami tak terkecuali dari para pendatang menjadi relawan untuk mencuci piring, dan peralatan masak lainnya. Setelah halaman masjid telah bersih, kami memilih masuk di dalam masjid untuk mengaji dan menunggu shalat tarawih.

Rangkaian acara sholat tarawih dimulai dengan ceramah agama dalam Bahasa Mandarin oleh Imam Masjid sebelum shalat Isya. Shalat Isya sendiri dimulai sekitar pukul 21.20 dan langsung dilanjutkan shalat tarawih. Setelah shalat tarawih, kamipun kembali ke asrama.

Bagi yang rindu suasana Ramadhan di tanah air dan rindu akan masakan Indonesia. KBRI Beijing menyuguhkan suguhan buka puasa setiap hari. Di sini kami disuguhkan takjil khas tanah air setelah berbuka, dan setelah shalat Maghrib kami disuguhkan makanan khas tanah air. Berbuka puasa di KBRI Beijing menjadi sarana pererat silaturrahim antar-WNI.

Di sini kami bisa berinteraksi dengan mahasiswa Indonesia dari berbagai kampus, staf KBRI, dan masyarakat Indonesia yang bekerja di Beijing. Setelah berbuka puasa dilanjutkan ceramah agama dan sholat tarawih oleh ustadz yang didatangkan khusus dari Indonesia. Selain buka puasa dan sholat tarawih, sebelum berbuka puasa diadakan tilawatil qur’an secara bersama-sama sehingga bacaan kita yang salah dapat dibenarkan oleh ustadz yang kali ini didatangkan dari Corps Dai Dompet Dhuafa.

Para jamaah bisa bertanya seputar masalah agama kepada ustadz tersebut. Setelah tarawih, sebagian masyarakat Indonesia di Beijing bisa langsung membayarkan zakatnya. KBRI Beijing juga berencana melaksanakan shalat Idhul Fitri.

Mungkin ini cerita Ramadhan kami di Pusat Pemerintahan Negeri Tiongkok. Semoga setiap amalan kita di Bulan Ramadhan diterima di sisi Allah Shubhanahu wa ta’ala.

*Master Student at Information and Communication Engineering in Beijing Institute of Technology

Panitia Ramadhan 1438 H KBRI Beijing

Terpopuler