REPUBLIKA.CO.ID, Moment lebaran dimanfaatkan sebagian orang untuk berlibur bersama keluarga. Di Lombok, menjadi pemandangan lumrah jika tempat-tempat wisata terasa lebih ramai saat liburan lebaran. Moment ini pun menjadi ladang rezeki bagi para pedagang di lokasi obyek wisata.
Salah satunya ialah kampung adat Sade yang berada di Dusun Sade, Desa Rembitan, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Keberadaan kampung adat Sade sangat strategis mengingat jaraknya yang hanya sekitar 15 menit dari Bandara Internasional Lombok.
Suasana desa yang sudah ada sejak 300 tahun lalu tampak ramai saat Republika.co.id, berrkunjung pada Selasa (27/6). Saking ramainya, banyak kendaraan pengunjung yang memenuhi bahu jalan raya untuk memarkirkan kendaraan. Pasalnya, tempat parkir yang disediakan tidak mampu menampung jumlah kendaraan wisatawan yang datang, baik mobil pribadi, mini bus, hingga bus ukuran besar.
Seorang pemandu wisata kampung adat Sade, Enaf, mengatakan, pada saat liburan lebaran seperti ini, jumlah kunjungan wisatawan bisa meningkat sangat drastis, hingga tak jarang tiga kali lipat dari hari biasa. "Kalau hari-hari normal itu sekitar 300 pengunjung, kalau libur lebaran ini lebih dari 1.000 pengunjung yang datang," kata Enaf.
Pria yang juga merupakan warga asli Sade mengungkapkan, kebanyakan pengunjung yang datang ke desanya berasal dari wisatawan nusantara dari Pulau Jawa, dan sejumlah daerah lain di Indonesia. Namun, jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Sade juga terus mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Semarak dunia sosial media menjadi salah satu media promosi yang jitu bagi kampung adat tertua di selatan Pulau Lombok tersebut. "Turis asing banyak dari Belanda, negara-negara Eropa lain, Australia, dan juga Korea. Kalau dari timur tengah masih jarang," ucap Enaf.
Enaf menyampaikan, sebagai pemandu wisata, tugasnya menjelaskan tentang adat istiadat dan tradisi yang masih erat dipegang warga Sade. Pria berusia 37 tahun menyebutkan, kampung adat Sade memiliki luas sekitar 3 hektare dan dihuni 700 jiwa dengan rumah sebanyak 150 unit yang seluruhnya masih bersifat tradisional.
Rumah adat Sasak, suku asli Lombok, memiliki gaya arsitektur yang unik dengan atap alang-alang dan juga lantai yang terbuat dari campuran tanah liat dan kotoran sapi. Tujuannya campuran tanah liat dan kotoran sapi sebagai perekat sebagaimana semen, dan berfungsi menghilangkan debu.
"Kalau malam yang dingin, lantai bisa terasa hangat," ungkap Enaf.
Saat ritual adat hendak digelar, dipastikan didahului dengan mengepel lantai tempat acara dengan campuran kotoran sapi agar lebih steril atau bersih.
Yang menarik, di dalam kampung terdapat pohon cinta. Enaf menyebutkan, pohon nangka berusia ratusan tahun ini merupakan pohon yang sejatinya sudah mati dengan dalam posisi berdiri. Mitosnya, pasangan yang berfoto di pohon tersebut, hubungannya akan langgeng.
Selain berkunjung ke kampung adat, wisatawan juga bisa membeli pernak pernik khas Lombok berupa kain tenun hingga kerajinan tangan lainnya seperti gelang hingga kalung. Berbeda dengan tempat wisata lainnya, untuk berkunjung ke kampung adat Sade, pengunjung tidak dikenakan biaya apapun.
"Pengunjung bisa memberikan sumbangan seikhlasnya saja yang digunakan untuk kas kampung," lanjut Enaf.
Salah satu pengunjung, Darius (40) mengatakan sudah berulangkali berkunjung ke kampung adat Sade. Pria yang berasal dari Surabaya, Jawa Timur, mengaku tidak pernah bosan datang ke kampung adat Sade. "Selain dekat dengan bandara, kampung ini unik dan menawarkan pengalaman wisata yang menarik," ujar Darius.
Dalam kunjungannya ini, Darius datang bersama keluarga besar dari Surabaya untuk berlibur selama empat hari di Pulau Seribu Masjid ini. "Sengaja ajak keluarga ke sini, biar tahu kampung adat Lombok," kata Darius.