REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Manusia boleh berencana, Tuhan juga yang menentukan. Pepatah ini pas menggambarkan nasib yang dialami oleh Mansur dan ribuan pemudik lainnya yang meninggalkan Jakarta pada H+1 Lebaran, atau Senin (26/6) menuju Jawa Tengah.
Mansur dan keluarganya sengaja menjadwalkan pergi ke Semarang untuk mengunjungi sanak famili sehari setelah Idul Fitri 1438 Hijriyah yang jatuh pada Ahad (25/6). Berharap perjalanan lancar dan lebih cepat, Mansur justru terus-terusan tertahan oleh kemacetan.
"Saat ini masih di Kendal," kata dia kepada Republika.co.id, Senin (26/6) malam.
Mansur berangkat dari rumahnya pada Senin, pukul 08.15 pagi. Namun ketika itu kondisi tol Jakarta-Cikampek sudah sangat padat. Memanfaatkan aplikasi penunjuk jalan Waze, dia tak perlu melewati gerbang tol Cikarang Utama karena mengambil jalan biasa. Namun perjalanan untuk bisa sampai di gerbang tol Cikarang Barat di km 31 itu membutuhkan waktu dua jam dari normalnya yang hanya sekitar 30 menit.
Mansur beruntung mengetahui ada contra flow pada km 50 sampai 61, sehingga cukup membantu menembus kemacetan sepanjang tol Jakarta-Cikampek.
Memasuki tol Cipali, kendaraan bisa lebih bebas melaju, namun tetap tak leluasa karena padatnya kendaraan. Mansur menyiasatinya dengan melanggar aturan, mengendarai mobilnya di bahu jalan. Setelah berhenti satu jam di rest area km 105 ia kemudian melanjutkan perjalanan.
Kendaraannya kembali tak dapat diajak berlari kencang saat memasuki tol Brebes-Gringsing karena kondisi permukaan jalan yang buruk. Alhasil, ia memilih keluar di Pekalongan dan sampai di pusat kota sekitar pukul 07.00 malam.
Setelah berhenti sebentar mengisi perut, Mansur melanjutkan perjalanan. Perkiraan akan tiba di Semarang dalam waktu 1,5 jam kembali meleset. Sebab, ia langsung berhadapan dengan kemacatan di sepanjang jalan raya Waleri-Kendal.
"Banyak mobil yang melewati jalur yang saya lalui. Kebanyakan mobil berasal dari Jakarta seperti saya," kata dia yang baru memasuki perbatasan Semarang sekitar pukul 22.30 WIB.