REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pekan libur Lebaran membawa berkah bagi para juru foto di Kawasan Monumen Nasional (Monas), Jakarta. Pengunjung yang berdatangan dari berbagai wilayah membuat pendapatan para tukang potret bertambah dari biasanya.
"Jujur saja saat hari-H Lebaran kemarin dapat sejuta, lumayan dibandingkan hari biasa yang pernah tidak dapat apa-apa sama sekali," kata Suhirudin, salah satu fotografer yang menjajakan jasa di luar area Monas, tepatnya di Gerbang Istana, Senin (26/6).
Udin, panggilannya, bersyukur karena banyak pelancong yang singgah ke Monas berminat menggunakan jasa foto langsung jadi yang ia tawarkan. Malah, rombongan yang terdiri dari empat orang bisa saja memesan 10 lembar foto sekaligus, yang satu lembarnya dijual seharga Rp 15 ribu.
Meski demikian, pria 51 tahun asal Tanjung Enim, Sumatera Selatan, itu tetap menyampaikan keluhan mengenai salah satu kebijakan pengelola Monas yang berlaku saat ini. Sejak setahun belakangan, sebanyak 32 juru foto yang sudah puluhan tahun beroperasi mendulang nafkah tidak lagi diperkenankan masuk ke dalam lokasi Monas.
Hal senada disampaikan juru foto lain, Joni Waluyo. Pria yang sudah memotret di Monas sejak 1985 itu juga mengatakan pendapatannya meningkat selama libur Lebaran, meski tidak sebagus saat para juru foto diizinkan beroperasi di dalam. Ia menyebutkan, kebijakan baru pengelola membuat para juri foto berpikir keras untuk menyiasati kondisi.
Pasalnya, hasil foto dari balik pagar tentu tidak sama dan sebagus foto yang diambil lebih dekat ke Tugu Monas atau di dalam kawasan monumen ikonik DKI Jakarta tersebut. "Selama libur Lebaran, omzet pasti beda dengan hari biasa. Pendapatan saya tidak tentu, pasang surut, paling sedikit bisa nol rupiah, paling banyak bisa Rp 150 ribu sampai Rp 200 ribu," ujar Joni yang biasa berkeliling menjajakan foto mulai pukul delapan pagi hingga pukul delapan petang.