Bedanya Tradisi Lebaran Warga Indonesia di Jerman

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Yudha Manggala P Putra

Senin 26 Jun 2017 11:15 WIB

Muslim Jerman (ilustrasi) Foto: weaselzippers.us Muslim Jerman (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, NURNBERG -- Kumandang takbir menyambut Hari Raya Idul Fitri 1438 Hijriah mengalun haru di seluruh dunia, Ahad kemarin (25/6). Masyarakat muslim di dunia dan Indonesia antusias merayakan Lebaran dengan berbagai macam kegiatan seperti makan opor ayam dan ketupat, bermaaf-maafan dengan keluarga, saudara, kerabat dan tetangga.

Biasanya, masyarakat Indonesia seusai shalat Idul Fitri di rumah masing-masing langsung bermaaf-maafan kepada orang tua dan saudara kemudian berkeliling ke rumah kerabat maupun tetangga untuk bersalaman. Namun, kebiasaan tersebut berbeda jauh dengan Lebarannya warga muslim Indonesia dan Jerman yang tengah berada di Benua Eropa, Asrama Mahasiswa Dutzendteichstr 1090478 Nurnberg, Jerman.

Ike Hikmawati (46), mantan anggota DPRD Kota Cimahi yang tengah berada di sana mengungkapkan pengalamannya. "Kami shalat di ruang pertemuan pada salah satu gedung Universitas di Nurnberg," ujarnya, Senin (26/6).

Katanya, seusai melaksanakan shalat Idul Fitri kemudian dilanjutkan dengan bersalaman dan bermaaf-maafan yang dilakukan secara terpisah antara laki-laki dan perempuan. Menurutnya, perbedaan tradisi silaturahim Idul Fitri di tanah air dan Nurnberg adalah jika di Indonesia biasanya silaturahim dilakukan dengan cara berkeliling dan saling mengunjungi, maka tidak bagi komunitas muslim di Nurnberg.

"Mereka berkumpul di suatu ruangan yang telah dipersiapkan hingga shalat dzuhur dan jam makan siang," katanya.

Di tempat tersebut, ia menuturkan para jamaah bisa menikmati hidangan khas Indonesia yang telah disediakan seperti opor ayam lengkap dengan ketupat, es buah, kue kering khas lebaran, kelepon dan makanan khas lainnya. "Semua antre saat mengambil makanan, gelas dan piring langsung diberi nama supaya tidak tertukar karena akan digunakan juga untuk makan siang," ungkapnya.

Di samping itu, usai mengambil makanan mereka ada yang menyantap hidangan di ruangan, taman atau tangga dan sebagian anak-anak bermain scrable dan lari-lari di taman menikmati perayaan berlebaran di negara Jerman.

Katanya, tradisi membagi-bagikan angpao kepada anak-anak pun dilakukan di Nurnberg namun jika di Indonesia isi angpao sendiri adalah uang yang dibagikan maka di Jerman langsung diberi berbentuk barang.

Ike mengaku bisa merayakan Idul Fitri di Jerman karena menemani tugas suami dalam rangka safari ramadhan dan khutbah Idul Fitri di Nurnberg. Suaminya saat ini menjabat sebagai Direktur Utama Shidqi Tours and Travel dan Dewan Pengawas Syariah Rumah Zakat. Sebanyak lima kota telah mereka singgahi selama Ramadhan, di antaranya Karlsruhe, Kaiserslautern, Köln, Kassel, dan Nürnberg.

Menurutnya, selama tinggal di Nurnberg dirinya menginap di rumah Pak Bando, warga muslim Indonesia yang sudah tinggal di Jerman sejak 1993 dan dianggap sebagai ustad dan orang tua bagi warga muslim Indonesia di sana. Ia menambahkan, perkembangan muslim di Nurnberg terbilang cukup baik. Bahkan, banyak di antara orang Jerman yang mengikrarkan dirinya sebagai muslim.

Terpopuler