REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Energi Ramadhan pada dasarnya merupakan bagian proses penting menyiapkan manusia yang tangguh menghadapi berbagai tantangan. Hal itu diungkapkan Rektor UIN Sumatera Utara Prof Dr Saidurrahman ketika menjadi Khatib Shalat Idul Fitri 1438 Hijriyah di Lapamhan Merdeka Medan, Ahad (26/6).
"Salah satu kenyataan yang harus dihadapi bahwa kita diciptakan sebagai makhluk yang beragam dan berbineka," katanya.
Keragamaan budaya dan agama dalam masyarakat, menurut dia, menghendaki lahirnya sikap yang saling toleran dan dapat bekerja sama dan sama bekerja, dalam membangun khususnya Kota Medan yang multikultural dan religius. "Itu untuk mewujudkan Medan Rumah Kita, Sumut yang paten, serta Indonesia sebagai bangsa pemenang, merdeka, berdaulat, adil dan makmur," ujar Saidulrahman.
Ia mengatakan, nilai-nilai keunggulan yang sejati, tidaklah didasarkan kepada egoisme daerah, ras, warna kulit, dan ragam suku, serta bahasa. Namun, pada kemampuan mengeksplorasi nilai-nilai ketakwaan untuk mencapai keunggulan dan kemajuan.
Pengakuan atas kenyataan akan adanya keragaman menjadi penting untuk memperkaya wawasan beragama. Pada aspek itu, dibutuhkan adanya penguatan terhadap etika publik.
Penyamaan persepsi antara ideologi agama dengan ideologi negara menjadi sebuah keniscayaan. "Kita harus mampu menumbuhkembangkan kesadaran akan etika berbangsa dan benegara dengan memanifestasikan nilai-nilai universal yang ada dalam ajaran Islam dalam wadah lokal yang bernama Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)," ucapnya.
Saidulrahman menyebutkan, masyarakat tidak boleh lagi dipisahkan dengan bendera kelompok, yang lebih mengedepankan politik warna dari pada esensi kebajikan yang ada dalam nilai-nilai ajaran keislaman dan keindonesianan yang melebur menjadi satu bangsa yang bersatu.
Perbedaan cara pandang dan pilihan harus berganti dengan semangat untuk memajukan bangsa dengan pilar kehidupan yang bermartabat dan beradab. "Inilah salah satu pesan ketakwaan sebagaimana sasaran ibadah puasa. Kita diajarkan untuk memegang teguh persaudaraan," ujarnya.
Ia mengatakan, semangat kemajuan harus dibangun untuk melahirkan Indonesia yang madani. "Indonesia yang madani merupakan sebuah kehidupan negara yang memiliki peradaban dengan ciri kerja sama semua pihak, seperti ulama, umara, aghniya (orang yang kaya), kaum pemuda, semuanya saling berkontribusi untuk mewujudkan Indonesia yang Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur," katanya.