Jaga Tradisi, Khutbah di Keraton Kasepuhan Gunakan Bahasa Arab

Rep: Lilis Sri/ Red: Reiny Dwinanda

Ahad 25 Jun 2017 09:44 WIB

Sultan Sepuh XIV, PRA Arif Natadiningrat, melaksanakan shalat Id sebanyak dua kali, yakni di Langgar Agung di kompleks Keratuon Kasepuhan Cirebon dan Masjid Agung Sang Cipta Rasa, Ahad (25/6). Foto: Lilis Sri Sultan Sepuh XIV, PRA Arif Natadiningrat, melaksanakan shalat Id sebanyak dua kali, yakni di Langgar Agung di kompleks Keratuon Kasepuhan Cirebon dan Masjid Agung Sang Cipta Rasa, Ahad (25/6).

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON – Keraton Kasepuhan Cirebon tetap mempertahankan tradisinya soal khutbah Idul Fitri. Sejak zaman Sunan Gunung Jati, khutbah Idul Fitri di sana menggunakan bahasa Arab.

Tradisi saat hari raya itu diawali dengan penyerahan cis/tongkat khutbah Sunan Gunung Jati oleh Sultan Sepuh XIV, PRA Arif Natadiningrat, Ahad (25/6). Tongkat yang memiliki panjang sekitar 1,2 meter dan terbuat dari kayu hitam yang diulir dengan logam pada setiap ujungnya itu digunakan khatib saat berkhutbah Idul Fitri.

Sultan beserta keluarga, penghulu, khatib agung, dan kepala kaum kemudian menuju Langgar Agung di halaman kemandungan Keraton Kasepuhan untuk menunaikan shalat Idul Fitri bersama wargi keraton. Di tempat tersebut, khatib menyampaikan khutbahnya dengan menggunakan bahasa Arab sambil membawa cis yang telah berusia ratusan tahun itu.

''Rasulullah Muhammad SAW dalam berkhutbah memegang tongkat. Tradisi sunah nabi ini terus dipertahankan oleh Sunan Gunung Jati. Cis/Tongkat khutbah ini digunakan setiap khutbah solat Idul Fitri dan Idul Adha,'' ujar Sultan Sepuh.

Usai sholat Idul Fitri di Langgar Agung, Sultan Sepuh langsung menuju Mesjid Agung Sang Cipta Rasa, yang tak jauh dari Keraton Kasepuhan. Di masjid yang dibangun para Wali Sanga itu, Sultan Sepuh kembali melaksanakan sholat Idul Fitri bersama masyarakat umum. Dengan demikian, Sultan melaksanakan sholat Id sebanyak dua kali.

Di Mesjid Agung Sang Cipta Rasa, khutbah disampaikan oleh khatib dengan menggunakan bahasa Indonesia. Solat Id di masjid itupun diikuti ribuan masyarakat dari berbagai kalangan.

Sultan Sepuh mengakui, sholat Id seharusnya hanya satu kali di Mesjid Agung Sang Cipta Rasa. Namun, saat zaman Orde Baru, ada penyeragaman, yakni khutbah harus menggunakan bahasa Indonesia.

''Karena itu, tradisi khutbah dengan bahasa Arab dipindah ke Langgar Agung di dalam kompleks Keraton Kasepuhan supaya tradisi tetap terjaga,'' jelas Sultan.

Sementara itu, pada Lebaran 2017, Sultan berharap agar kaum Muslimin di seluruh Indonesia mampu menjaga ukhuwah Islamiyah. Dia meminta agar sesama umat Islam tidak saling menghujat, terpecah belah, apalagi menyebarkan kebencian.

''Mari kita kembali pada hakikat Islam yang damai, menyejukkan dan rahmat bagi semesta alam,'' kata Sultan.

Terpopuler