Jalur Selatan Jawa Barat Menantang dan Rawan Kecelakaan

Red: Agung Sasongko

Sabtu 24 Jun 2017 22:45 WIB

Antrean kendaraan pemudik pada H-2 Lebaran di ruas Jalan Raya Nagreg, Kabupaten Bandung, Jumat (23/6). Foto: Mahmud Muhyidin Antrean kendaraan pemudik pada H-2 Lebaran di ruas Jalan Raya Nagreg, Kabupaten Bandung, Jumat (23/6).

REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Mudik atau pulang ke kampung halaman dari DKI Jakarta dan sekitarnya melalui jalur selatan Jawa Barat menjadi salah satu arus utama, di samping pantai utara Jawa dan lintas Sumatera.

Dinas Perhubungan (Dishub) Provinsi Jawa Barat memprediksi sekitar 6,5 juta pemudik akan melintasi jalur mudik utara, selatan dan tengah Jawa Barat mulai H-7 Lebaran 2017.

Hal yang menarik dari pulang kampung melewati jalur selatan Jabar adalah pemandangan yang elok, makanan khas, tempat wisata serta udara yang sejuk di beberapa lokasi yang dilewati.

Namun di sisi lain jalur selatan Jabar termasuk rawan terjadi kecelakaan lalu lintas mengingat jalannya yang berkelok-kelok, menanjak dan minim penerangan di beberapa lokasi.

Pemudik yang melewati jalur selatan Jabar biasanya memiliki tujuan mudik dari Jakarta dan sekitarnya ke Garut, Tasikmalaya, Banjar, Pangandaran atau kota-kota di Jawa Tengah dan DI Yogyakarta.

Apabila pemudik berangkat ketika puncak arus pulang kampung, kemacetan biasanya dimulai sebelum memasuki gerbang tol Cikarang Utama hingga Cikampek. Setelah memasuki tol Jalan tol Cipularang dan Purbaleunyi, lalu lintas relatif lancar hingga pintu-pintu keluar tol menuju ke arah Bandung dan Cileunyi.

Selepas Cileunyi, pemudik akan memasuki Nagreg, salah satu titik kemacetan yang menjadi perhatian khusus Kepolisian Daerah (Kapolda) Jawa Barat, di samping Cipali dan pintu tol yang berada di Palimanan.

Nagreg memang merupakan persimpangan yang sering disoroti ketika arus mudik lebaran. Di jalan ini, terdapat dua cabang yang mengarah ke Garut dan Tasikmalaya.

Menurut pemantauan tim mudik Antara, jalur menuju ke Garut-Singaparna dari Nagreg terlihat tidak sepadat jalur menuju Tasikmalaya yang melewati Limbangan dan Malangbong.

Wakapolda Jabar Brigjen Pol Bambang Purwanto ketika memantau Pos Tangan Nagreg, Kamis (22/6) petang, mengatakan peningkatan jumlah kendaraan dari arah Bandung dan terdapatnya pasar-pasar di jalur Nagreg arah Tasikmalaya menjadi penyebab titik kemacetan.

Setidaknya terdapat dua pasar yang menjadi titik kemacetan di jalur Nagreg arah Tasikmalaya, yaitu Pasar Limbangan dan Pasar Lewo Malangbong.

Kapolsek Limbangan Kompol Asep Suherli menjelaskan, aktivitas pasar di jalur Nagreg-Malangbong memang sudah ramai bahkan di hari-hari biasa karena lokasinya melingkupi lima kecamatan di Kabupaten Garut ditambah dengan adanya terminal "bayangan".

Pihak kepolisian mengantisipasi kepadatan di jalur Nagreg-Malangbong dengan memberlakukan buka-tutup satu arah pada waktu-waktu tertentu. Dinas Perhubungan Kabupaten Bandung juga mengimbau pemudik yang akan melewati Nagreg menggunakan jalur alternatif ke arah timur via Cijapati atau Majalaya.

Selepas Malangbong, arah ke Ciamis hingga Jateng relatif lancar dengan kepadatan terpantau di Sindangkasih dan Cikoneng.

Sementara itu, arus Garut-Singaparna-Tasikmalaya menuju Jawa Tengah lebih "menantang" untuk dilewati karena sering melewati tanjakan dan jalan yang lebih sempit.

Namun selain relatif lebih lancar dibanding jalur Limbangan, jalur ini memiliki pemandangan yang menarik karena melewati gunung-gunung serta berdekatan dengan tempat-tempat wisata. Misalnya Dayeuh Manggung dan Kampung Naga.

Melewati jalur ini, kepadatan juga terpantau di Cilawu dan Sindangkasih, yang menjadi lokasi penyatuan arus lalu lintas dari arah Kecamatan Ciawi. Namun, selepas Ciamis, kondisi arus lalu lintas relatif lancar hingga menuju Jawa Tengah dan DIY.