REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Siapa sangka rute mudik Jakarta hingga Tasikmalaya yang dipenuhi tanjakan tinggi dan tikungan tajam dapat ditaklukan oleh sepeda onthel. Kusrelahadi berhasil melakukannya dalam waktu sekitar empat hari.
Warga Kampung Pancasila, Desa Bebedahan, Kecamatan Lengkong, Tasikmalaya ini menyebut niat mudik menggunakan sepeda onthel murni atas dasar kenekatan. Mulanya ia tak menduga bisa melakukannya. Tapi dengan menguatkan niat, ia bertekad dapat menempuh perjalanan dengan selamat hingga ke kampung halaman menggunakan onthel.
Keinginannya mudik menggunakan onthel pun sempat memperoleh penolakan dari keluarganya. Tapi apa daya, bersepeda yang sudah menjadi hobinya sejak lama lebih diutamakan. Saran dan nasehat dari keluarga agar tak melakukan mudik dengan onthel pun dihiraukannya.
"Niat ini sama keluarga sempat dilarang, tapi karena kemauan saya keras ya sudah jalan. Mau enggak mau, keluarga enggak bisa larang karena saya orangnya juga keras," katanya pada Republika, Jumat (23/6).
Pria yang bekerja sebagai pegawai swasta ini pun mempersiapkan mudik nekatnya secara singkat. Tak ada persiapan panjang, hanya persiapan fisik dan doa saja yang diutamakan. Selain itu, ia meminta cuti lebih awal ke tempatnya bekerja agar rencananya bisa berjalan.
Tepatnya, pada Ahad, (18/6) berangkatlah ia dari Kemayoran, Jakarta Timur dengan bersepeda onthel hitam ditempel kain bertuliskan 'Tasikmalaya' dan bendera Indonesia. Perlu empat hari baginya untuk tiba di kampung halaman tepatnya Rabu, (21/6) tengah malam.
Perjalanan jauh menggunakan sepeda sebenarnya bukan hal baru baginya. Sebab, ia kerap bersepeda hingga 20 kilometer jauhnya.
"Tiap tahun pulang kampung naik kendaraan bosan, sekarang coba bawa sepeda karena memang hobi, ingin coba jarak jauh," ujarnya.
Selama mudik, ia memilih bersepeda sejak pagi hari karena malam harinya dipilih sebagai waktu istirahat. Lokasi istirahatnya pun seketemunya baik di SPBU atau Masjid. Ia memandang mudik bersepeda sebagai tantangan baru. Meski rute yang ditempuhnya dipenuhi tanjakan, ia tak mengeluh. Ia justru merasa senang karena tantangan itu menimbulkan sensasi tersendiri baginya.
"Kalau banyak tanjakan disitulah letak enaknya karena saya suka bersepeda ya dinikmati saja. Kalau pun capek paling didorong ditanjakan," ucap pria beranak tiga ini.
Ia mengakui akan sulit memperbaiki sepedanya ketika mengalami kerusakan di jalan. Alhasil, ia membawa sendiri peralatan perbaikan sepeda.
"Ban bocor di jalan tapi bawa alat sendiri, kunci-kunci, pompa juga," sebutnya.
Selain tantangan medan, ia juga merasa khawatir tersambar kendaraan yang melintas. Tapi beruntung, tak ada kendaraan yang menyenggolnya.
"Takut kesenggol pasti ada apalagi kendaraan besar seperti truk dan bus juga lewat sini," tuturnya.
Nantinya untuk urusan kembali ke Jakarta, ia merasa akan menggunakan kendaraan umum saja. Sebab fisiknya sudah lelah dan waktunya pun tak memungkinkan untuk bersepda ke Jakarta lantaran kehabisan waktu cuti. Namun untuk periode mudik tahun depan, ia menyanggupi bersepeda lagi.
"Pulangnya naik umum dulu, sudah lelah dan faktor waktunya enggak cukup. Tapi enggak kapok, Insya Allah mau coba lagi kalau ada kesempatan tahun depan," katanya.