Pedagang Oleh-Oleh di Nagreg Keluhkan Omzet Menurun

Rep: M Fauzi Ridwan/ Red: Bilal Ramadhan

Senin 26 Jun 2017 00:01 WIB

Antrean kendaraan pemudik pada H-2 Lebaran di ruas Jalan Raya Nagreg, Kabupaten Bandung, Jumat (23/6). Foto: Mahmud Muhyidin Antrean kendaraan pemudik pada H-2 Lebaran di ruas Jalan Raya Nagreg, Kabupaten Bandung, Jumat (23/6).

REPUBLIKA.CO.ID, NAGREG -- Pedagang oleh-oleh khas Bandung di sepanjang jalan Nagreg, Kabupaten Bandung mengeluhkan omzet yang menurun saat arus mudik Lebaran 1438 Hijriah berlangsung. Penyebabnya, jumlah kendaraan yang tidak menentu dan hadirnya jalur Tol Cikopo-Palimanan (Cipali).

"Penurunan sampai 50 persen," ujar salah seorang Pedagang, Yani Suryani (40) di jalan Nagreg, Sabtu (24/6). Katanya, para pemudik tujuan Garut, Tasikmalaya dan Jawa Tengah berkurang di jalur tersebut sejak H-7 dibandingkan tahun sebelumnya.

Ia menuturkan, penurunan omset semakin menurun saat arus balik karena Jalan Raya Nagreg hanya diperuntukkan bagi pengendara arah Bandung bukan sebaliknya. "Beberapa tahun lalu pendapatan hingga 4 juta dalam satu hari, tahun ini paling besar hanya 2 juta," ungkapnya.

Sentra oleh-oleh Bandung yang berlokasi di jalan Raya Nagreg, Desa Nagreg, Kecamatan Nagreg ini berdiri sejak tahun 80-an. Seiring berjalannya waktu deretan kios oleh-oleh semakin menjamur karena selalu dilewati oleh pemudik.

Oleh-oleh yang dijual diantaranya kerupuk malarat, opak, borondong, gorengan tempe, dodol Garut, moci, peyeum singkong, ubi Cilembu, keripik singkong dan wajit Cililin.

Yani mengatakan para pemudik yang menepi di kios tersebut kebanyakan membeli dodol Garut untuk oleh-oleh sanak keluarga di kampung halaman. Beberapa tahun lalu dalam satu hari dodol terjual 18 kilogram per hari kini merosot hingga 8 kilogram.

Semenjak muncul Tol Cipali, angin segar tidak berpihak kepada para pedagang beberapa tahun belakang ini akibatnya penurunan omset yang cukuk signifikan tidak dapat terhindarkan.

Terpopuler