REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Direktur Pusat Studi Indonesia tentang Masalah Perkotaan dan Daerah (Indonesian Center for Urban and Regional Studies/ICURS) Dr Ifan Haryanto menyatakan wacana merealisasikan pengembangan sarana angkutan umum massal (SAUM) menjadi solusi mengatasi kemacetan saat mudik.
"Pengembangan 'SAUM' ini bisa sejalan dan diselaraskan dengan kebijakan pengembangan jalan tol dan non-tol trans-Sumatra, trans-Jawa Bali ataupun pengembangan jalan tol lain yang tengah digenjot oleh pemerintah," katanya di Bogor, Jawa Barat, Jumat.
Ia mengatakan kemacetan lalu lintas yang kerap terjadi saat mudik Lebaran (Idul Fitri) dan libur panjang nasional, di berbagai kota, terutama di wilayah Jawa-Bali-Sumatera, bisa menjadi salah satu pertimbangan pemerintah untuk segera memujudkan wacana pengembangan SAUM yang menghubungkan antarwilayah dan kota di Indonesia.
Pengembangan jalan tol dan jalan non-tol yang ada saat ini, kata dia, cukup penting untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi.
Namun, menurut Ifan, kondisi itu tidak cukup untuk mengatasi pertumbuhan cepat kendaraan bermotor yang ada di Indonesia.
Seperti diketahui, katanya, persentase pertumbuhan kendaraan bermotor di Indonesia lebih besar dari persentase pertumbuhan prasarana jalan.
Sebagai contoh, saat ini pertumbuhan kendaraan bermotor di Jakarta 12 persen per tahun, sementara pertumbuhan jalan hanya 0,01 persen per tahun.
Tidak mengherankan kata alumni Teknik Planologi ITB dan School of Planning University of Birmingham, Inggris itu meski tiap tahun panjang jalan tol dan nontol di Indonesia bertambah, kemacetan tetap terjadi setiap ada lonjakan pergerakan barang/jasa/manusia, seperti halnya saat mudik Lebaran.
Karena itu, kata dia, pengembangan "SAUM", selain mengatasi persoalan insidental, yakni kemacetan tiap Lebaran dan libur panjang nasional, bisa juga menjadi solusi jangka panjang untuk memperlancar pergerakan barang/jasa/manusia antarwilayah/kota di Indonesia.
Menurut Ifan, lalu lintas bisa diibaratkan darah yang mengalir dalam tubuh manusia.
"Jika terjadi penyumbatan darah dalam tubuh kita maka akan terjadi gangguan penyakit dalam tubuh
kita, seperti halnya stroke dan jantung," katanya.
Untuk itu, agar perekonomian wilayah/kota tetap tumbuh sehat, kata dia, lalu lintas yang menghubungkan antarwilayah/kota haruslah lancar.
Pengembangan "SAUM", menurut Ifan, sangat tepat diberlakukan di Indonesia yang memiliki jumlah penduduk besar dan memerlukan sarana angkutan umum berkapasitas besar untuk memfasilitasi potensi pertumbuhan ekonomi nasional.
Ia menjelaskan bahwa pengembangan "SAUM" dimaksud bisa berupa pengembangan jalur eksisting kereta api atau pengembangan moda transportasi baru lainnya, seperti halnya kereta super cepat yang menghubungkan antarkota/wilayah.
Seperti diketahui bersama, kata dia, saat ini kebijakan pemerintahan Presiden Jokowi dalam pengembangan infrastruktur transportasi sangat ekspansif.
Sehingga, memasukkan pengembangan "SAUM" dalam kebijakan pengembangan infrastruktur transportasi massal di tingkat nasional diyakini Ifan Haryanto tidak hanya menjadi solusi kemacetan lalu lintas saat Lebaran dan libur panjang, namun juga akan mengakselerasi pertumbuhan ekonomi nasional karena lancarnya pergerakan barang/jasa/manusia antarwilayah/kota.
Ia menambahkan bahwa Indonesia bisa belajar dari banyak negara maju yang telah mengembangkan "SAUM" sebagai salah satu tulang punggung pengembangan sistem transportasi massal nasional.