Pemudik Disabilitas Kesulitan Akses Fasilitas Rest Area

Red: Nidia Zuraya

Jumat 23 Jun 2017 20:04 WIB

  Sejumlah penyandang disabilitas nampak bersiap sebelum acara pelepasan Mudik Berkah 2017 bersama disabilitas yang dilaksanakan oleh Bank Syariah Mandiri (BSM) di Jakarta, Jumat (23/6). Foto: Republika/Darmawan Sejumlah penyandang disabilitas nampak bersiap sebelum acara pelepasan Mudik Berkah 2017 bersama disabilitas yang dilaksanakan oleh Bank Syariah Mandiri (BSM) di Jakarta, Jumat (23/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para peserta disabilitas yang ikut Mudik Ramah Anak dan Disabilitas (MRAD) 2017 sulit mengakses fasilitas seperti toilet dan tempat ibadah di Rest Area KM 19, Bekasi, Jawa Barat.

Penyandang disabilitas dengan kursi roda Rubini yang pulang ke Kebumen mengatakan toilet di area peristirahatan tersebut sulit di akses, karena untuk bisa ke toilet harus naik undakan yang tinggi.

"Tangganya tinggi, kondisi WC juga sempit dan tidak ada pegangan buat kami. Jadi harus ada orang lain yang mendampingi untuk mengangkat dan bisa menggunakan toilet dengan nyaman," kata dia di Bekasi, Jumat, saat para pemudik MRAD beristirahat di tengah kemacetan.

Untuk sampai ke masjid demi melaksanakan ibadah salat Jumat, di lokasi yang sama, para peserta mudik disabilitas yang laki-laki harus menempuh tanjakan (ramp) yang cukup tinggi dan curam.

Sedangkan untuk memasuki masjid harus menaiki tangga (trap) sebanyak 20 undakan.

"Tangga sangat curam. Untuk bisa naik, selain sangat tinggi, ruang tangganya kurang luas, terlalu sempit," ungkap Sigit Catur Nugroho (35), penyandang kursi roda yang mudik ke Kebumen, Jawa Tengah.

Padahal, Sigit melanjutkan, tahun lalu dirinya sudah menyampaikan ke petugas jaga di masjid agar tempat berwudu dan desain bangunan masjid mudah diakses teman-teman disabilitas.

Sehingga, para penyandang disabilitas tidak harus melibatkan banyak orang untuk mengangkat mereka agar bisa beribadah di dalam masjid rest area KM 19.

Penggagas Jakarta Barriers Free Tourism Trian Gembira menambahkan betapa masjid tersebut sulit diakses penyandang disabilitas untuk salat Jumat, karena menggunakan pengeras suara dalam.

Buat Trian yang tuna netra, suara speaker susah didengar, bahkan oleh yang pendengarannya tidak lemah.

"Untuk menuju masjid tidak ada 'guiding block' buat tuna netra. Begitupun petunjuk ke arah masjid yang sulit buat kami," ujar Trian.

Watini yang mudik ke Purbalingga sangat berharap pemerintah untuk serius memberi perhatian untuk memenuhi hak-hak disabilitas, termasuk ketika mereka mudik.

"Masih banyak rest area yang tidak akses buat kami. Termasuk di KM 19 ini, ke kamar mandi sulit seperti tahun lalu harus ada yang angkat-angkat dan mendampingi untuk ke dalam kamar mandi maupun fasilitas publik lainnya," kata dia.

Doa pun meminta pemerintah segera berbenah menyediakan fasilitas-fasilitas di rest area yang mudah diakses penyandang disabilitas, terutama yang menggunakan kursi roda, misalnya WC khusus disabilitas yang diberikan tanda khusus disabilitas. 

Terpopuler