Pemudik Keluhkan Sempitnya Mushala Stasiun Tanjungkarang

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Nidia Zuraya

Jumat 23 Jun 2017 16:15 WIB

Sejumlah calon pemudik menanti kedatangan kereta di stasiun. ilustrasi Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang Sejumlah calon pemudik menanti kedatangan kereta di stasiun. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG – Para pemudik penumpang kereta api (KA) mengeluhkan sempitnya ruangan shalat di Musholla Stasiun KA Tanjungkarang. Untuk shalat wajib saat hari keberangkatan KA Tanjungkarang (Lampung) – Kertapati (Palembang), penumpang harus bergantian lama.

Pemantauan Republika di Stasiun KA Tanjungkarang pada arus mudik H-3 atau Kamis (23/6) malam, pemudik yang berangkat ke Kertapati pada pukul 21.00 WIB, harus rela antre shalat maghrib dan isya setelah berbuka puasa. Ruangan sholat Musholla Stasiun Tanjungkarang hanya berisi dua tempat sholat lelaki di shaf depan dan tiga orang tempat shalat shaf perempuan.

“Stasiun Tanjungkarang sebesar ini, seharusnya menyediakan ruang shalat Musholla lebih besar karena jumlah penumpang sampai ratusan orang sekali berangkat,” kata Herlina, yang hendak mudik ke Palembang.

Ia mengurungkan shalat di Musholla stasiun Tanjungkarang dan memilih untuk shalat di dalam kereta api,karena sempitnya musholla dan harus mengantre bergantian hanya untuk shalat isya.

Menurut dia, sejak Stasiun Tanjungkarang direnovasi menjadi lebih baik dari sebelumnya, ruangan shalat dan ruang tunggu sangat sempit. Padahal, sebelum renovasi, musholla stasiun sangat luar satu ruangan mampu menampung banyak jamaah.

“Ke depan, saya berharap pihak Stasium Tanjungkarang membuat ruangan musholla yang lebih besar agar dapat menampung jamaah lebih dari 10 orang, jadi tidak perlu antre shalat lagi,” katanya.

Petugas Stasiun Tanjungkarang tidak bisa berkomentar dengan sempitnya musholla tersebut. “Kami hanya petugas, jadi keputusan ada di level pimpinan,” kata petugas berseragam PT KAI tersebut.

Terpopuler