57 Anak Yatim di Lampung Pilih Sendiri Baju Lebaran

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Ilham Tirta

Rabu 21 Jun 2017 18:12 WIB

Anak yatim dan kaum dhuafa (ilustrasi). Foto: Republika/Raisan Al Farisi Anak yatim dan kaum dhuafa (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Kegembiraan dari raut muka 57 orang anak yatim dan anak kaum dhuafa mulai tampak, saat memegang baju baru buat Lebaran Idul Fitri 1438 H. Anak-anak kurang mampu tersebut diberikan kebebasan memilih baju baru di pasar dengan model dan ukuran masing-masing.

Kehadiran Komunitas Ruang Sosial (KRS) Universitas Lampung (Unila) menjadi gerakan sosial yang nyata menjelang Lebaran. Gerakan sosial KRS “Berbagi 1.000 keceriaan baju Lebaran” selama Ramadhan menggalang dana dari mahasiswa dan donatur untuk berbagi kegembiraan bersama anak yatim dan duafa di hari raya Idul Fitri 1438 H. Relawan KRS Unila telah berhasil mengumpulkan donasi dari para mahasiswa dan donatur serta hasil penjualan makanan berbuka puasa.

Dana yang terkumpul sebanyak Rp 7,1 juta. Kehadiran KRS dengan gerakan sosial menjadi cikal bakal kepedulian terhadap sesama. “Alhamdulillah semua anak yatim dan duafa dapat baju baru Lebaran,” kata Havez Annamir, ketua KRS yang juga Menteri Sosial Politik BEM Unila kepada Republika.co.id, Rabu (21/6).

Menurut dia, 57 anak yatim dan kaum duafa dibawa langsung ke Pasar Bambu Kuning Kota Bandar Lampung pada Ahad (18/6), lalu. Mereka dibebaskan untuk memilih baju baru buat merayakan Idul Fitri. Kegembiraan anak yatim dan kaum duafa menjadi kegembiraan relawan KRS juga.

KRS membawa puluhan anak yatim ke pasar untuk membeli baju baru buat Lebaran dengan model dan ukuran yang disukai, menjadi kegiatan sosial yang unik dan jarang terjadi, apalagi di lingkungan mahasiswa. “Mereka pilih sediri model dan ukurannya,” katanya.

Ia memaparkan kegiatan berbagi 1.000 keceriaan baju Lebaran tersebut hasil jerih payah relawan KRS Unila dan juga sumbangsih para donatur. Selama bulan Ramadhan, para relawan KRS melakukan penggalangan dana dengan cara berjualan makanan berbuka setiap petang, membuka donasi lewat media sosial, dan menjemput donasi dari donatur, serta melakukan pre-order kaos ruang sosial.

KRS sendiri memilih gerakan berbagi baju Lebaran tersebut, dengan pertimbangan sudah banyaknya gerakan sosial di bulan Ramadhan dalam bentuk pembagian makanan takjil berbuka. Namun, Havez menyatakan belum banyak yang membagikan baju Lebaran dengan membawa belanja langsung anak-anak yang membutuhkan, agar anak-anak yang kurang mampu bisa turut merasakan keceriaan membeli baju lebaran seperti kebanyakan anak-anak lainnya.

Selain sebagai sarana berbagi kebahagiaan lewat baju baru Lebaran kepada anak-anak yang membutuhkan, kegiatan ini juga sebagai sarana belajar bagi para anggota dan relawan KRS, agar lebih peka terhadap masalah-masalah sosial yang ada. "Semoga gerakan ini bisa menginspirasi gerakan-gerakan sosial lainnya, karena semakin banyak kegiatan kebaikan yang muncul akan semakin bagus," kata Havez Anamir.

Terpopuler