Waspadai Penyebab Invisible Killer Bagi Pemudik

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Indira Rezkisari

Rabu 21 Jun 2017 00:29 WIB

Ribuan kendaraan terjebak kemacetan sepanjang 38 Km dari Km 169 Ruas Jalan Tol Cipali hingga Km 207 ruas Jalan Tol Palikanci, Jawa Barat, Rabu (15/7). Foto: Republika/Raisan Al Farisi Ribuan kendaraan terjebak kemacetan sepanjang 38 Km dari Km 169 Ruas Jalan Tol Cipali hingga Km 207 ruas Jalan Tol Palikanci, Jawa Barat, Rabu (15/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menjelang Hari Raya Idul Fitri sama dengan menandakan masuknya musim mudik bagi warga Indonesia dan Jakarta pada khususnya. Perjalanan jauh pun rela mereka tempuh untuk bertemu keluarga serta kerabat di kampung halaman.

Berbagai cara pemudik lakukan untuk mencapai tujuan mereka, mulai dari kendaraan pribadi hingga menggunakan moda transportasi umum. Besarnya gelombang pemudik itu tak pelak memadati ruas-ruas jalan, hingga ke jalur bebas hambatan. Hal itu membuat mereka harus mengantri saat melintas di tol.

Antrian yang terjadi di ruas tol itu berpotensi memberikan berbagai risiko hingga yang terparah menyebabkan kematian. Hal tersebut pernah terjadi di jalan tol Cikopo-Palimanan (Cipali) tahun lalu. Sebanyak 11 orang meninggal bukan disebabkan kecelakaan, namun didiagnosis keracunan karbon monoksida.

"Jalur mudik itu berisiko tinggi pencemaran udara, tidak hanya bagi pemudik tapi juga warga yang tinggal di sekitar jalur tersebut," kata Direktur Eksekutif Komisi Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) Ahmad Sarifudin dalam diskusi Awas Emisi! Invisible Killer bagi Pemudik di Jakarta, Selasa (20/6).

Ahmad mengatakan, kemacetan lalu lintas yang tak terurai menyebabkan meningkatnya polusi udara lantaran hasil pembakaran tidak sempurna yang dihasilkan antrian kendaraan. Mobil cenderung membuang kandungan CO lebih tinggi ketimbang polusi yang dihasilkan kendaraan yang melintas.

"Pemudik bisa menghirup kumpulan gas CO yang orang akan membuat mereka lemas hingga pada akhirnya meninggal," katanya.

Dia mengimbau, pemudik untuk mematikan mesin kendaraan saat macet sudah berlangsung hingga 10 menit. Bahkan ketika mereka berada di dalam mobil untuk berteduh dari panas.

Ahmad mengatakan, pemudik tidak ada salahnya membawa perlengkapan lain semisal tenda atau terpal untuk berlindung dari sengatan matahari. Tenda, dia melanjutkan ada baiknya didirikan paling tidak 20 meter dari mobil.

"Selain untuk beristirahat, itu juga bisa digunakan untuk menetralisir CO yang berada di lokasi," kata Dewan Kehormatan Road Safety Association (RSA) Rio Octavian. Selain itu, Rio mengatakan, tidak ada salahnya pemudik juga mewaspadai infrastruktur yang dibangun pemerintah. Dia mengatakan, infrastruktur yang dibuat terkait mudik

terkesan dipaksakan, seperti halnya Brexit atau tol fungsional Brebes-Weleri.

"Mudah-mudahan dengan peristiwa Brexit kemarin bisa menjadi pelajaran bagi pemerintah dan masyarakat untuk menghindari penyebab kematian tidak terlihat itu," katanya.

Terpopuler