Muslimah Fair Duetkan Helvi Tiana Rosa dan Hamas Syahid

Red: Irwan Kelana

Ahad 18 Jun 2017 12:20 WIB

Sastrawan Helvi Tiana Rosa berbagi pengalaman dan kiat menjadi penulis. Foto: Irwan Kelana/Republika Sastrawan Helvi Tiana Rosa berbagi pengalaman dan kiat menjadi penulis.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – PT Surveyor Indonesia (PTSI) menggelar Muslimah Fair di Jakarta, Selasa (13/6). Menurut Ketua Panitia Peni Indrasari, acara Muslimah Fair 2017 itu merupakan rangkaian Gebyar Ramadhan PTSI.

PTSI mengadakan kegiatan Muslimah Fair setiap tahun. Muslimah Fair 2017 merupakan yang keempat kalinya.  Selain talk show, Muslimah Fair 2017 juga diisi dengan acara lainnya, seperti Pojok Muslimah, Smart Muslimah, photo booth, demo kecantikan, bazaar dan pojok kreativitas.

Muslimah Fair tahun ini  mengangkat tema tentang menulis, yakni ‘Dengan Pena, Wanita Menginspirasi Dunia’. Talk show tersebut   menampilkan duet sastrawan terkemuka Helvi Tiana Rosa dan artis yang juga penulis Hamas Syahid. “Kami berharap, talk show  tentang dunia kepenulisan itu menginspirasi para karyawan PTSI maupun pengunjung lainnya untuk menulis,” ujar Peni Indrasari.

Helvi Tiana Rosa merupakan pendiri Forum Lingkar Pena (FLP), sebuah komunitas  penulis  terbesar di dunia.  Sastrawan yang juga dosen itu telah menulis dan menerbitkan lebih 55 buku. Ia adalah penerima 40 penghargaan tingkat nasional dan masuk dalam “500 Wanita Muslim Paling Berpengaruh Sedunia” versi sebuah majalah internasional.

Sementara itu Hamas Syahid, kelahiran 11 Maret 1992 adalah presenter, aktor film Ketika Mas Gagah Pergi dan Duka Sedalam Cinta, penulis sajak dan  pengusaha. Hamas juga seorang hafizh (penghapal Alquran).  Pada acara talk show itu Hamas menunjukkan kebolehannya dengan membacakan Surat Al-Fatihah dan  Ar-Rahman.

Pada talk show tersebut Helvi menggugah setiap auidens yang hadir untuk menulis. Dia menegaskan, bahwa menulis itu bukan masalah bakat, tetapi lebih ditentukan oleh kemauan dan disiplin. “Saya berani mengatakan, bahwa untuk menjadi penulis yang sukses itu hanya diperlukan 10 persen bakat, sedangkan 90 persen adalah tekad dan latihan,” tutur Helvi.

Hal senada diungkapkan oleh Hamas Syahid yang belakangan juga menulis puisi. “Awalnya memang susah, tapi kalau kita paksa diri untuk menulis, pasti bisa. Pengalaman saya membuktikan, ketika saya paksa diri saya menulis akhirnya kata-kata itu mengalir seperti apa yang hati saya katakana. Kata-kata seperti keluar sendiri,” papar Hamas Syahid.

Di penghujung acara, Helvi dan Hamas membacakan sejumlah puisi yang terdapat dalam buku antologi puisi Duka Sedalam Cinta.