REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bulan Ramadhan sejatinya menjadi momentum yang menggembirakan bagi setiap Mus lim. Sebab, pada bulan ini, kesempatan beribadah dan mendulang pahala terbuka dengan sangat luas untuk mereka. Pada bulan ini, Allah SWT mewajibkan orang-orang Mukmin un tuk berpuasa sebagai sarana un tuk melatih diri.
Namun, tidak jarang amalan yang dilakukan seorang Muslim selama Ramadhan justru menjadi rusak karena lisannya yang tidak terjaga. Kadang kala, kata-kata yang tidak bermanfaat masih saja suka terlontar dari mulutnya. Hu jatan, celaan, gibah (bergunjing), dusta, sumpah serapah, dan ber bagai macam perkataan keji lain nya seakan-akan sudah lumrah diucapkan.
Dalam kajian Islam yang di ge lar di Masjid al-Hidayah Kom pleks Bank Indonesia (BI) Pan coran, Jakarta Selatan, pada pe kan lalu, Ustaz Ahmad Susilo mengupas dengan cukup detail tentang bahaya lisan tersebut. Kepada para jamaah, dai lulusan Timur Tengah itu mengingatkan bahwa perkataan yang buruk dapat menjadi penghancur atau pembatal pahala dari amalanamalan yang dilakukan seseorang di bulan suci.
Dia mengungkapkan, ibadah Ramadhan pada hakikatnya bu kan sekadar menahan lapar dan haus. Namun, juga menahan lisan dari berbagai perkataan yang ti dak berguna. "Karenanya, jangan sampai ibadah puasa kita men jadi sia-sia hanya karena kata-kata buruk yang kita ucapkan, baik yang di lakukan secara se ngaja maupun tidak," ujarnya.
Ahmad menjelaskan, meninggalkan segala bentuk perkataan buruk adalah bagian dari sunah. Bahkan, Nabi Muhammad SAW pun mengingatkan kepada umat nya untuk menjauhi celaan dan kata-kata kotor karena dampak yang dapat ditimbulkannya terhadap iman. Dalam satu hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas'ud RA, Rasulullah SAW ber sabda, "Tidaklah disebut mukmin orang yang suka mencela, yang ge mar melaknat, yang suka ber kata-kata keji, dan yang berkatakata kotor," (HR at-Tirmidziy: 1977).
"Hadis di atas secara tegas me nyatakan bahwa mereka yang kerjaannya suka mencela dan mengucapkan kata-kata kotor belum bisa disebut sebagai orangorang yang beriman. Karena, Muk min itu sudah pasti mampu menjaga lisannya dengan baik," ujar Ahmad.
Dia mengatakan, orang yang selama hidupnya di dunia suka mengucapkan kata-kata buruk dan keji, bakal kesulitan memperoleh syafaat dari Rasulullah SAW di akhirat kelak. Sebab, salah sa tu syarat seorang hamba bisa men dapatkan syafaat dari Nabi SAW adalah keridhaan Allah SWT terhadap ucapan-ucapannya.
Allah SWT berfirman, "Pada hari itu tidak berguna syafaat (pertolongan), kecuali orang yang telah diberi izin oleh Tuhan Yang Mahapengasih, dan yang telah Dia (Allah SWT) ridhai perka taannya." (QS Taha [20]: 109). "Ayat tersebut menyiratkan kepada kita tentang pentingnya untuk menjaga mulut dari per kataan yang tidak berguna, da lam kondisi apa pun. Sebab, se mua ucapan yang keluar dari lisan kita akan dihisab oleh Allah SWT di akhirat nanti," kata Ahmad.
Selain perkataan-perkataan keji, ucapan yang berisi kebohongan juga dapat menjadi penghancur amalan seseorang pada bulan Ramadhan. Sayangnya, masih banyak orang yang masih suka mengucapkan kata-kata dusta di bulan suci ini, baik disadari atau tidak. Mereka begitu mudah berjanji tapi tidak mau menepati janjinya tersebut. Mereka suka memberikan keterangan palsu saat diminta memberikan kesaksian di depan hukum.
Orang-orang semacam ini, ka ta dia, mungkin saja bisa sela mat di dunia ini karena kebo hong an yang mereka lakukan. Namun, di akhirat kelak, mereka tidak akan bisa lari dari pengadilan Allah SWT. Allah sendiri telah meng ingatkan kita melalui firman- Nya, "Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah, walaupun terhadap dirimu sendiri atau terhadap ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika ia ka ya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Ma ka janganlah kamu mengikuti ha wa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika ka mu memutarbalikkan (katakata) atau enggan menjadi saksi, maka ketahuilah Allah Maha Te liti terhadap segala apa yang kamu kerjakan." (QS an-Nisa [135]: 69).
"Ayat di atas memerintahkan kepada kita untuk selalu berkata jujur karena Allah SWT, walau pun kejujuran itu tidak disenangi oleh orang-orang terdekat kita se kalipun. Bahkan, ketika salah sa tu anggota keluarga kita terjerat kasus hukum dan kita diminta un tuk menjadi saksi yang mem be ratkannya, kita harus tetap berkata jujur. Mampukah kita me laksanakan perintah Allah ini?" katanya.